• Jelajahi

    Copyright © KarawangNews.com - Pelopor Media Online di Karawang
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Translate

    Nasib Pilu Yusuf, Tak Mampu Sekolah Jadi Juru Parkir

    Selasa, 11 Februari 2025
    Yusuf Abdullah (13). (foto:Sky)


    KarawangNews.com - Kisah pilu Yusuf Abdullah (13) seorang anak yatim, putus sekolah karena tidak ada biaya, kondisi ini memaksa dia harus bertahan hidup, dengan menjadi juru parkir sukarela di salah toko ternama di wilayah Desa Karangsinom, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang.


    Yusuf Abdullah merupakan anak ke lima dari enam bersaudara, putra pasangan Heri (55) dan Ucih (53).


    Seperti diketahui Ucih ini seorang ibu rumah tangga yang bersahabat dengan kerasnya hidup, suaminya alm.Heri meninggal dunia setahun yang lalu. 


    Dia berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya dengan berjualan sayur keliling dan bekerja buruh serabutan di sekitar Kampung Sadang RT 11, RW 04 dan tinggal di rumah layak huni (rulahu) dibangun pada bulan September tahun 2023 lalu, yang tidak dipasang sebelah kaca jendelanya, bantuan dari pemerintah, Selasa (11/2/2025).


    Awal mula penulis bertemu dengan Yusuf Abdullah ini, di lokasi parkir salah satu toko tersebut. Ketika ditanya kenapa tidak sekolah?. Dengan raut wajah lusuh dan sorot mata berbinar sayu seperti menyimpan kesedihan, sambil memegang uang parkir Rp2 ribu, Yusuf menjawab malu." Eweuh biaya keur sakolana, gak ada biaya untuk sekolahnya_red," kata Yusuf.


    Lanjut Yusuf dalam bahasa Sunda menuturkan, teu boga duit keur mayar biaya bangunan sakola jeung meuli buku LKS na, tidak punya uang untuk bayar biaya bangunan dan beli buku paket LKSnya_red di SMPN 3 Tirtamulya, Karawang, Provinsi Jawa Barat.


    "Bayar biaya bangunan di sekolah itu kurang lebih Rp450 ribu dan beli buku paket LKSnya itu sebesar Rp200 ribu di SMPN Gatir," terang Yusuf.


    Ucih (53)


    Hal senada diungkapkan Ucih (53) orangtua membenarkan perkataan anaknya itu. Ia membeberkan, suaminya alm. Heri telah meninggal dunia 1,5 tahun yang lalu, sewaktu mendapat bantuan program rulahu Pemkab Karawang.


    "Suami saya telah meninggal dunia satu setengah tahun lalu,

    pada saat mau membongkar rumah, ketika itu mendapat bantuan rulahu dari pemerintah, dan pembangunannya dilanjutkan selesai hari duka ke tujuh ," ungkapnya.


    Dengan nada sedih Ucih menyampaikan, Yusuf sudah diarahkan agar sekolah di SMPN Tirtamulya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Ia mengaku kondisi ekonomi keluarga sedang sulit sepeninggal alm.Heri, hingga akhirnya Yusuf putus sekolah.


    Kata Ucih, ketika mau berangkat ke sekolah, tidak ada sepeda atau kendaraan. Itu juga kalau ada temannya ngajak baru bisa ikut ke sekolah. Yusuf ini terkadang dikasih ongkos jajan kadang tidak, "yah, bagaimana ketika dapat duitnya aja," bebernya.


    Sehingga, Yusuf tidak bisa melanjutkan pendidikannya."Bahkan pihak sekolah juga datang mempertanyakan mau lanjut sekolah apa tidak, ya akhirnya Yusuf memutuskan berhenti, mungkin karena pertimbangan tidak ada biaya dari orangtua," jelasnya.


    Terpisah, Kepala SMPN 3 Tirtamulya, Karsan Kurnia ketika dikonfirmasi mengakui, memang ada pembelian buku paket LKS untuk siswa dan sumbangan biaya pembangunan atas dasar kesepakatan orangtua bersama komite sekolah.


    "Terkait jumlah sumbangannya saya tidak tahu, semua dipasrahkan kepada komite berdasarkan kebutuhan yang diperlukan sekolah," kata Karsan.


    Ia menuturkan, untuk buku LKS untuk siswa ada tapi tidak dijual di sekolah. " Buku LKS itu mereka beli di toko di luar sekolah sesuai mata pelajaran yang sudah ditentukan," imbuhnya.


    Dikatakannya, untuk sumbangan pembangunan itu tidak memaksa sifatnya sukarela.


    "Kami tidak memaksakan sumbangan untuk pembangunan program sekolah, mau memberi bantuan silahkan, tidak juga tidak masalah, itukan sukarela," ucapnya.


    Lanjutnya, memaparkan, sumbangan itu digunakan seperti membuat taman, kran air dan tambahan sarana lainnya.



    "Perlu diketahui juga sekolah ini masih kekurangan mebeler sebanyak 3 ruang di bangunan kelas baru, anak-anak di sini belajar di lantai," terangnya.


    Ia mengatakan, wacana untuk pembelian mebeler sudah digulirkan ke komite, namun untuk sementara tidak dilakukan karena menunggu bantuan dari Disdikpora Karawang.


    "Kita masih menunggu bantuan mebeler dari dinas," sebutnya.


    Kembali terkait Yusuf Abdullah tersebut, pihak sekolah sudah berupaya mengajaknya sekolah, berhubung dia jarang masuk sekolah. Maka Yusuf itu diputuskan dari sekolah ini.


    "Kami sudah mengajak sekolah dan memberikan pilihan, bahkan baju seragam itu dikasih gratis dan sekarang sudah diambil lagi karena tidak melanjutkan sekolah," kata dia.


    Dia berharap ada peran semua pihak terkait anak putus sekolah karena orangtua tidak mampu.


    "Jika memang Yusuf ini anak yang tidak mampu, maka bisa dibantu dengan subsidi silang dari bantuan dana lainnya, bahkan bisa melibatkan desa," ujarnya. [Sky]

    Kolom netizen

    Buka kolom netizen

    Lentera Islam


    Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153)

    Berita Terbaru