H. Kimo. |
KarawangNews.com - Kurang lebih sebanyak dua ratus hektare sawah di wilayah Desa Karangsinom, Kecamatan Tirtamulya, Karawang, Jawa Barat, rawan kekeringan.
Hal itu diungkapkan tokoh masyarakat, Kampung Karangsaga, H. Kimo (60) penggerak kelompok tani dari area pesawahan Rancabango di Desa Karangsinom, Kecamatan Tirtamulya. Dia mengeluhkan, sudah puluhan tahun para petani sangat kesulitan untuk mengairi sawah di wilayah itu.
"Sudah lama sekali sejak tahun 2000 an lalu, masalah petani di sini, sulitnya mendapatkan air untuk mengairi sawah ke area pesawahan Rancabango dari sumber aliran irigasi," terang H. Kimo, Minggu (24/11/2024) siang.
Hal tersebut disebabkan, ungkap H.Kimo, karena sepanjang berjarak 500 meter jalur tersier irigasi, alirannya dekat pipa Kelog sampai ke Kampung Kebonkalapa itu bocor. Maka hanya sedikit yang sampai ke hilir selebihnya terbuang percuma.
"Tambah lagi, perbaikan turap air tersier irigasinya, minim kualitas tidak bertahan lama, banyak yang kurang semen, pasir aduknya mudah terkelupas tergerus air, yang ada tinggal batu, ya, hasilnya seperti ini," timpalnya.
Dia mengaku, para petani di wilayahnya, kurang mendapat bantuan untuk program pertanian dari pemerintah. Tidak tahu apa saja program pertanian itu, tidak tersampaikan dengan baik ke masyarakat.
"Mungkin hanya segelintir orang tahu tentang program pertanian dari pemerintah, bila benar ada. Selebihnya, kami para petani di wilayah ini, hanya bisa patungan untuk beli sesuatu yang dibutuhkan," bebernya.
Ketika disinggung area pesawahan di Desa Karangsinom apakah sudah jadi zona perumahan?. Dijawabnya."Area pertaniannya lebih luas sawah milik petani, meskipun sebagian kecil sudah ada dibeli pengusaha property tapi masih digarap para petani sawahnya itu," jelas H.Kimo.
Dia memaparkan, selama ini butuh biaya besar yang dikeluarkan para petani ketika akan menggarap sawah, terlebih pupuk subsidinya juga mahal. Tambah lagi ketika mengairi sawah, harus dibantu dengan menggunakan mesin pompa air.
"Jika tidak dibantu menggunakan pompa air untuk mengairi sawah, bisa terancam gagal panen," ucapnya.
Dikalkulasikannya, untuk 10 liter bensin diisi ke mesin pompa air, bisa digunakan selama 6 jam, hanya bisa mengairi 1 hektare sawah, besok hari surut, kering lagi tidak tertahan lama. Kalau tidak terbantu air hujan seperti itu terus, seminggu satu-dua kali harus rutin, sampai panen tiba.
"Ini adalah masalah para petani selama ini. Untuk mengambil air dari sumber aliran irigasi pun kendalanya sulit sekali," tuturnya.
Dia berharap, ada solusi kongkrit dari pemerintah daerah ataupun pemerintahan desa, jangan sampai tutup mata, diharapkan bisa mengakomodir keluhan para petani tersebut.
"Mudah-mudahan ada solusi dari pemangku kebijakan untuk kami para petani yang kesusahan. Di momen Pilkada ini, jangan hanya minta dipilih ke masyarakat, tapi buktikan dengan kerja nyata dan bukan sebatas pencitraan saja," ujarnya. [Sukarya]