Peserta pelatihan menjahit sedang membuat produk. Pupuk Kujang memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan skill agar punya tambahan penghasilan (dok. Komper PKC) |
KarawangNews.com – Pupuk Kujang terus berupaya menciptakan nilai tambah untuk masyarakat. Kali ini, perusahaan mengajak masyarakat memanfaatkan limbah kain perca menjadi lebih bernilai. Melalui Program Permaisuri (Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Industri).
Setelah berlangsung selama satu bulan, program yang diinisiasi Pupuk Indonesia (Persero) itu memfasilitasi pelatihan menjahit bagi masyarakat rentan dan difabel untuk membuat kain majun. Adapun kain untuk alat pembersih di pabrik itu dibuat dari kain perca atau limbah konveksi lainnya.
“Saat ini, para peserta telah memproduksi sekira 100 kilogram kain perca menjadi kain majun. Melalui program ini, kita dampingi masyarakat berkarya membuat produk yang punya nilai jual lebih,” ujar Agung Gustiawan, VP Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pupuk Kujang, Jumat, 24 November 2023.
Agung menuturkan, kain majun merupakan salah satu alat pembersih yang banyak digunakan di pabrik-pabrik. “Melalui program Permaisuri, kain majun ini diproduksi masyarakat rentan dan difabel sehingga mereka punya penghasilan dan ekonominya terbantu,” kata Agung.
“Selain itu, program ini juga bisa mengurangi masalah limbah tekstil yang berpotensi mencemari lingkungan,” Agung menambahkan.
Selain menjalankan program Permaisuri, pelatihan menjahit yang diadakan Pupuk Kujang juga membimbing masyarakat hingga bisa membuat berbagai produk lainnya. Misalnya membuat pakaian dewasa, baik pria dan wanita serta pakaian anak dan vermak pakaian.
Muhammad Arief Rachman, VP Komunikasi Perusahaan Pupuk Kujang menuturkan, Program Permaisuri adalah program terbaru PIHC di bidang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Program tersebut fokus pada pemberdayaan masyarakat rentan dan difabel di dekat area pabrik pupuk.
Program itu, ujar Arief telah diresmikan pada 16 Oktober 2023. Sebagai tahap awal, program Permaisuri dilakukan di dua anak perusahaan Pupuk Indonesia, yaitu Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik.
“Para peserta saat ini, terdiri dari 5 orang ibu rumah tangga, 5 orang perempuan putus sekolah, dan 2 orang difabel. Rencananya, produk buatan para peserta ini akan dibeli oleh Pupuk Kujang sebagai alat pendukung produksi di pabrik,” kata Arief.
M Rizki Al Azis, salah satu peserta Permaisuri menuturkan, telah mengikuti pelatihan menjahit intensif selama satu bulan. Pria berumur 23 tahun itu saat ini lebih optimistis dalam menjalani hidup. Kecelakaan lalu lintas yang menimpanya beberapa tahun lalu telah membuatnya kehilangan pekerjaan.
Namun saat ini, situasi itu tak lagi membuatnya terpukul. Ia punya semangat baru dan lebih percaya diri setelah mengikuti pelatihan intensif menjahit.
“Daripada terus terpuruk, saya memutuskan untuk ikut program ini dan akhirnya punya keterampilan baru, saya jadi bisa membuat baju,” kata Rizki.
Hal senada disampaikan oleh Jajang Warsidi, warga Kampung Kalioyod, Desa Sarimulya, Kecamatan Kotabaru. Pria 37 tahun itu kini tak lagi minder dan mengurung diri di rumah. Meski punya keterbatasan, ia tak menyerah.
Untuk merubah hidup, Jajang memutuskan mengikuti pelatihan menjahit dari Pupuk Kujang satu bulan lalu. Pelatihan intensif ia lalui setiap hari dengan tekun. Hingga akhirnya ia bisa berkarya dan bisa menjahit.
“Dengan keterampilan menjahit ini, nasib saya berubah. Sekarang lebih percaya diri menjalani hidup,” kata Jajang.
Selain Jajang dan Rizki, 10 orang terdiri dari ibu rumah tangga dan putus sekolah juga telah menjalani pelatihan menjahit secara intensif. Mereka siap memproduksi kain majun yang akan digunakan perusahaan.(hl/KP)