KarawangNews.com - Pupuk Kujang Cikampek terus berinovasi membuat berbagai program unggulan untuk petani. Beragam program ini memiliki tiga prinsip yang sesuai dengan aspek keberlanjutan yaitu profit, people, planet.
Dalam kata lain meningkatkan keuntungan perusahaan disertai memberikan dampak baik bagi manusia dan lingkungan.
Pada aspek lingkungan misalnya, Pupuk Kujang terus mengajak petani mengurangi emisi karbon di bidang pertanian.
Seperti diketahui, selain di wilayah perkotaan, wilayah pedesaan juga turut menyumbang emisi karbon yang dilepas ke atmosfer bumi.
Dilansir dari dokumen Rencana Aksi Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian yang dikeluarkan Kementerian Pertanian, secara umum, emisi karbon di wilayah pedesaan juga berasal dari aktivitas pertanian dan peternakan.
Dalam bidang pertanian misalnya, aktivitas budidaya padi turut melepas metana, nitrogen oksida dan karbon dioksida.
Berdasarkan penelitian yang dirilis oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2016, sektor pertanian menyumbang 10 hingga 12 persen dari total gas rumah kaca antropogenik, yang terdiri dari gas N2O dan CH4.
Emisi karbon dari sektor pertanian ini diprediksi akan terus bertambah pada masa mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan pangan, intensifikasi pertanian dan penggunaan pestisida yang berlebihan.
“Untuk mengurangi tren itu, kami upayakan supaya Program Makmur menciptakan sistem pertanian rendah emisi karbon sehingga lebih ramah lingkungan,” kata Saiful Rohdian, Koordinator Program Makmur Pupuk Kujang, Selasa, 8 Agustus 2023.
Untuk menuju hal itu, ujar Saiful perlu diterapkan sistem pertanian moderen yang juga berorientasi ramah lingkungan.
Upaya tersebut selaras dengan Peraturan Presiden nomor 71 tahun 2011. Berdasarkan perpres itu, sektor pertanian harus menurunkan tingkat emisinya sebesar 8 Gg CO2eq.
Seperti diketahui, sektor pertanian juga melahirkan sejumlah emisi antara lain, metana (CH4) sebesar 67 persen, diikuti dengan nitrogen monoksida (N2O) sebesar 30 persen dan karbon dioksida (CO2) sebesar 3 persen.
Pada tahun 2000, total emisi gas rumah kaca dalam sektor pertanian mencapai 75.419,73 Gg CO2eq. Sumber utama dari emisi gas rumah kaca ini adalah lahan sawah sebanyak 69 persen dan ternak sebesar 28 persen.
Saiful menuturkan, ada beragam cara dan strategi untuk mengurangi emisi karbon di bidang pertanian, diantaranya adalah melalui metode pemupukan berimbang, aplikasi pupuk organik dan biogas untuk menyerap emisi karbon.
Ada juga teknik penggunaan air irigasi secara intermiten atau berselang, sehingga bisa menurunkan emisi karbon ke atmosfer dibanding penggenangan sawah secara terus menerus.
“Berbagai teknik pertanian ramah lingkungan akan kami terapkan ke seluruh petani binaan dan peserta program Makmur,” kata Saiful.
Untuk menajamkan program itu, kata Saiful Pupuk Kujang juga menjajaki kerja sama dengan RIZE, perusahaan agroteknologi yang berbasis di Singapura.
Perusahaan patungan antara Temasek, Genzero, Breakthrough Energy dan Wavemaker Impact itu akan berkolaborasi dengan Program Makmur Pupuk Kujang.
“RIZE akan berperan menyediakan bantuan modal tanam untuk petani peserta Program Makmur. Para petani akan didampingi oleh para agronom dari Pupuk Kujang dan RIZE untuk menerapkan sistem budidaya yang ramah lingkungan,” kata Saiful.
Untuk diketahui, RIZE merupakan perusahaan agroteknologi yang juga fokus pada pengurangan emisi karbon.
Perusahaan itu juga menjalankan startup di bidang pertanian untuk memudahkan petani. Mulai dari konsultasi teknik budidaya hingga penyediaan sarana produksi pertanian.
Dhruv Sawhney, CEO RIZE mengatakan, hingga saat ini, perusahaannya telah beroperasi di India, Vietnam, Malaysia dan berbagai negara penghasil beras. Adapun di Indonesia, RIZE memiliki target membantu menggarap lahan petani seluas ribuan hektare.
Kata dia, jika kerja sama ini terjalin, para agronom dari RIZE dan Pupuk Kujang akan bahu membahu mendampingi petani untuk melakukan budidaya yang ramah lingkungan.
"Sebagai langkah awal, di Subang, kami berhasil mengurangi emisi karbon di 20 hektare sawah sebanyak 7 ton atau 52 persen,” kata Dhruv
. (hl/KP)