Dedi Sudrajat bersama keluarga. |
KarawangNews.com -Tiga dari empat putra-putri Dr. Dedi Sudrajat, SP, MM, yang akrab dipanggil Kang Desud, merupakan para hafidz dan hafidzhoh, penghafal Al Qur'an 30 juz.
Anak pertamanya, Uswatun Hasanah yang akrab disapa Uswah, baru saja menyelesaikan S1 di Unsika Karawang dan akan ikut menjalani S2 di kampus yang sama.
"Putri pertama sudah hafidz Qur'an 30 juz sejak di bangku SMA kelas 3, masuk kuliah melalui jalur tahfidz," kata Kang Desud, Minggu (27/8/2023).
Kemudian putranya yang kedua, Syahid Muhammad Qudwah, baru saja menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Bekasi jurusan IPA.
Selama SMA, Syahid sambil mondok di Pesantren Tahfidzul Qur'an Bekasi, dia sudah hafidz Qur'an 30 juz sejak SMA kelas 2 di Pondok Pesantren Zaid bin Tsaabit Bekasi.
Putra yang ketiganya, Muhammad Urwatul Wutsqo Al-Imani (Urwah), yang hari ini baru masuk kelas 1 SMA atau kelas 10 di SMA Al Irsyad Karawang.
Sebelumnya, Muhammad Urwatul Wutsqo Al-Imani lulusan SMP-Pesantren Nur Hasanat, dia sudah menyelesaikan hafalan Qur'an hingga 9 juz , masih terus mendalami hafalan Qur'annya sampai hari ini, ingin seperti kakak-kakaknya yang sudah hafidz Qur'an.
Kemudian, putri terakhirnya, Nasywah, yang baru kelas 3 SD di SD Islam Terpadu Buah Hati juga tidak kalah semangat dengan kakak-kakaknya yang lain, dia juga terus belajar mendalami Al Qur'an dan mulai dari juz 30, mulai Al Fatihah sampai Surat An-Naba.
Selama mendidik putra-putrinya ini, Kang Desud tidak terlalu menekankan anak-anaknya, tidak memaksa selesai menghafal dalam waktu singkat, anak-anaknya dibebaskan memilih waktu dan sekolahnya sendiri, sehingga tidak ada paksaan bagi mereka.
Dari hafalan Qur'an ini, putra-putri Kang Desud memiliki prestasi-prestasi akademik yang gemilang di sekolahnya.
Seperti Urwah, putranya yang ketiga, waktu di SMP menjabat sebagai ketua OSIS dan saat ini di kelas 1 SMA baru saja mendapatkan juara pada lomba Olimpiade Sains Akbar Nasional Bidang Informatika Tahun 2023.
Kakaknya yang kedua, Qudwah, selain dia juga mendapatkan beasiswa kuliah S1 gratis dari kampusnya, dia juga hobinya futsal dan sering mengikuti kejuaraan futsal di sekolahnya maupun di luar sekolahnya bersama klubnya.
Ia juga sudah menjadi imam termuda yang sudah disejajarkan dengan para imam tarawih di mesjid lingkungan rumahnya, maupun mesjid di pondok pesantrennya.
"Kalau anak sulungnya yang perempuan lebih senang menulis yang menjadi hobinya," ucapnya.
Kemudian anaknya yang ke empat yang baru kelas 3 SD ini juga peraih kejuaraan olimpiade Matematika tingkat SD kelas 3 se-Jawa Barat di Bandung beberapa waktu yang lalu, malah hobinya main game dan robot-robotan di gadget-nya.
Jadi, Kang Desud memperlakukan ke empat anaknya dengan hobinya yang berbeda-beda ini tidak pernah ada yang dianak tirikan, semuanya disuport penuh orang tua.
Diakui Kang Desud, anak-anaknya ini hidup dimasanya yang berbeda jauh dengan jamannya dulu, yang belum ada handphone atau teknologi canggih seperti di masa ini.
Maka, Kang Desud membiarkan mereka mengikuti kecanggihan teknologinya, asal tetap masih dalam pengawasannya, tentunya dengan paraturan ketat.
Tapi, aturan yang dibuat Kang Desud tidak sepihak, dia bersama anak-anaknya membuat kesepakatan bersama, apapun hobi dan kesenangan mereka, yang disepakati bersama yaitu akhlak dan akidah yang harus mereka jaga dan jadi nomor satu dalam keluarga.
"Tauhid mereka kita terus kuatkan untuk menghadapi jamannya mereka dan nanti pastinya akan sangat beragam multidimensi, banyak yang juga mendegradasi moral, akidah dan akhlak mereka," kata Kang Desud.
Diakuinya, di situ perlunya nilai-nilai agama, Al Qur'an didawamkan, sehingga tidak menjadikan sesuatu yang langka dan aneh di kemudian hari nanti, justru akan menjadi pembiasaan di kehidupan mereka kelak.
Menjadi profesi apapun kelak anak-anak, kata Kang Desud, mau jadi dokter, mau jadi insinyur, mau jadi psikolog, pengusaha dan sebagainya, tetap yang ditanamkan sejak dini adalah kesholihan akhlak, nilai ibadah yang harus menjadi prioritas dalam hidup.
"Karena akhir kehidupan kita sebenarnya adalah ketika berhasil lulus dari semua ujian di dunia dan menjalani kehidupan yang kekal sebenarnya di akhirat kelak, dipredikat sholihin dan sholihah, sehingga Allah ridho memasukkan kita ke dalam Surga-Nya kelak," jelasnya.
Nilai-nilai itulah yang selalu ditanamkan kepada semua putra putrinya sejak dini, dia sangat berharap semoga Allah SWT menjaga keluarga dan putra-putrinya semua, mensholihkan mereka semua.
Bagi Kang Desud dan istrinya, mereka semua tetap anak-anak dengan dunianya masing-masing, sama seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya.
Jadi, dia dan istrinya memperlakukan mereka semua seperti orang tuanya memperlakukan kepada anak-anak pada umumnya.
"Justru dengan mereka menjadi penghafal Qur'an semuanya, kami sebagai ayah dan ibunya merasa tertantang untuk hafal Qur'an seperti mereka juga, terpacu," ujarnya.
Diakui Kang Desud, meski usia sudah tidak muda lagi, dia kembali belajar hafalan Qur'an, bahkan dia memanggil ustadz dan ustadzah ke rumah untuk jadi gurunya.
Kendati begitu, dia mengaku tidak minder untuk menghafal Qur'an lagi, karena perasaan jaman dulu waktu sekolah di SMA, SMAN 1 Karawang, Kang Desud pernah bisa menghafal buku tebal bahan cerdas tangkas P4 sampai khatam.
"Berarti Insya Allah bisa, kalau kita punya tekad yang kuat," tandasnya.
Dia menceritakan, dulu waktu di Institut Pertanian Bogor (IPB), sempat juga menjadi santri Pesantren Mahasiswa di Ulil Albaab Bogor tahun 1995-1997, pernah diminta menghafal beberapa juz AlQur'an, juz 30 atau juz amma dan juz 1, 2 dan 3.
Kemudian saat tahun pertama pernikahannya pun di tahun 1997 sampai saat ini dia punya komimen untuk terus menjaga dan menghafal Al-Qur'an hingga saat ini.
"Meski tanpa target kapan kami (ayah ibunya) bisa hafidz 30 juz seperti anak-anak kami," ucapnya.
Kendati begitu, termotivasi kembali dari anak-anaknya juga punya semangat untuk menjaga dan menghafal Al Qur'an, maka Kang Desud bersama istrinya memiliki gairah lagi untuk menyelesaikan hafalan Al Qur'an yang sempat tertunda.
"Sebab, kalau mereka setoran hafalan kan kita yang malu, karena kita malah yang belum hafal, jadi mau tidak mau kami juga harus mengejar hafalan Al Qur'an," jelasnya.
Dengan begitu, Kang Desud bersama istrinya memiliki motivasi sama untuk bersama-sama kembali menyelesaikan hafalan Al Qur'an. Dia berharap, semoga Allah SWT memudahkannya menjadi hafizh Qur'an di usianya yang sudah tidak muda lagi.
Diakui Kang Desud, banyak keuntungan yang dia dan istrinya rasakan ketika anak-anaknya punya kelebihan menghafal Al Qur'an. Anak-anaknya mudah mendapat beasiswa dari beberapa pihak, bagian dari beberapa kampus sudah memberikan jatah PMDK masuk kuliah tanpa test.
Hal ini semakin meningkatkan semangat anak-anaknya untuk terus berprestasi di kampusnya, terlebih IPK mereka terus dimonitor agar mendapatkan perpanjangan beasiswa.
"Lumayan, biaya-biaya kuliah, uang pangkal, uang buku dan lainnya yang seharusnya dari orang tuanya, bisa disimpan buat tabungan masa depan mereka, karena sudah dapat beasiswa" kata Kang Desud.
Diakuinya, anak-anaknya 'mungkin' ini sudah diberi hadiah atau 'ujian kemudahan' di dunia dengan mendapatkan kemudahan-kemudahan dan biaya-biaya pendidikannya dari beasiswa kampus dan lembaga-lembaga beasiswa lainnya, karena punya hafalan Al Qur'an.
"Kami sebagai orang tuanya sangat menyadari sepenuhnya bahwa anak-anak ini hanyalah titipan dan amanah yang Allah berikan kepada kami, semuanya milik Allah, bukan milik kami," ucapnya.
Suatu saat nanti, kata Kang Desud, anak-anaknya pasti akan diminta kembali oleh yang punya, Allah SWT, jadi dia bersama istrinya mencoba menjalani amanah ini sebaik-baiknya, agar mereka semua lebih mencintai Pemiliknya dan menjadi anak-anak yang taat kepada Robnya.
Diketahui, Kang Desud saat duduk di legislatif DPRD Kabupaten Karawang dan sebagai calon incumbent legislatif tahun 2024 mendatang.
Dia pernah menjabat ketua DPD PKS periode tahun 2015-2020 dan hingga saat ini masih menjabat Ketua Majlis Pertimbangan Daerah (MPD) PKS Kabupaten Karawang periode 2020-2025.