• Jelajahi

    Copyright © KarawangNews.com - Pelopor Media Online di Karawang
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Refleksi 1 Juni, Hari Lahir Pancasila dalam Perayaan Bulan Bung Karno

    Rabu, 01 Juni 2022

    Oleh Dr. Anwar Hidayat, SH.,MH (Dede Anwar) - Dosen FH UBP Karawang, Akademisi.

    KarawangNews.com - Tanggal 1 Juni, diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden RI (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016.

    Dimana 77 tahun silam, pada 1 Juni 1945, perjuangan para pahlawan bangsa, The Founding Fathers, tidaklah mudah, penuh perjuangan dalam mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.

    Dalam sidang BPUPKI, Bung Karno menyampaikan gagasan terkait dasar negara Indonesia, Pancasila.

    Panca artinya lima, Sila berarti prinsip atau asas. Dihadapan semua orang dan majelis sidang, diantara ketatnya penjagaan tentara kolonial, sempat terjadi pertentangan.

    Namun, integritas tinggi dengan beriringan aspek filosofis sosial, dengan dasar sebuah keanekaragaman yang multikultur. Bung Karno percaya, Indonesia harus menjadi Negara Kesatuan dengan keanekaragaman yang berdasar asas dan pijakan, Pancasila.

    Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari ekspedisi panjang sejarah, berisikan pemikiran hidup, kepribadian serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

    Dari proses perjuangan para pendiri bangsa, melalui pertimbangan nilai-nilai sosial filosofis yang tentu sudah tidak ada ruang untuk diperdebatkan kembali, Pancasila adalah final.

    Memaknai Pancasila tidak cukup hanya memahami butir-butirnya saja. Namun lebih dari itu, harus dimaknai dengan aplikatif dalam semangat kehidupan sehari-hari. Diimplementasikan dengan semangat gotong royong dalam segala perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Pertanyaannya, bagaimana selanjutnya kaum milenial merefleksikan Pancasila??

    Jadikan bangsa ini bangsa beradab, terpandang dan tak dianggap sebelah mata. Tentu, kita harus memiliki Integritas, yang merupakan wujud dari cita-cita bangsa dan cita-cita Pancasila.

    Kaum milenial wajib memiliki perspektif berpikir, merawat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.

    Tugas sekarang adalah mengangkat taraf hidup bangsa menjadi lebih baik, lebih maju, serta menghomati segala bentuk perjuangan para pendiri bangsa kita salah satunya adalah The Founding Father, Bung Karno.

    Sebagai anak bangsa dan kaum milenial, kita dituntut bukan hanya berpikir tentang peperangan yang akan dihadapi nantinya. Tetapi, para milenial juga akan mengalami perang ide dan gagasan.


    Kaum milenial, wajib terus menggelorakan nilai-nilai dalam memaknai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan wujud gotong royong.

    Kaum milenial harus menjadi solusi dan menjadi sebuah generasi dan agen perubahan untuk bangsa dan negara. Diantara kemelut permasalahan, entah soal kemiskinan, pengangguran, dan rendahnya tingkat pendidikan, serta permasalahan lain yang begitu kompleks dan sangat banyak.

    Jika ada pertanyaan, kaum milenial bisa apa untuk menjawab semuanya??

    Setidaknya butuh satu hal, dalam mencakup beberapa komponen tentang cara atau edukasi pemahaman yaitu "Kredasi."

    Pertanyaannya, apa itu kredasi. Kredasi merupakan singkatan dari Kreatifitas, Kecerdasan dan Kritis berpikir serta memiliki transformasi dalam mengiplementasikan pemikiran dan perilakunya.

    Kredasi ialah hal yang mesti diasah para milenial agar kelak mampu mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari, dan berimplikasi terhadap kemajuan bangsa ini.

    Kreativitas, adalah menciptakan suatu hal baru baik itu berupa gagasan maupun karya nyata.

    Upaya ini adalah salah satu cara efektif memaknai Pancasila sebagai ajaran dan nilai yang harus dibangun baik dalam industri 4.0 maupun berbagai macam karya-karya yang dimungkinkan.

    Kecerdasan emosional, atau kemampuan pribadi untuk mengenali serta mengendalikan perasaan dan maknanya secara mendalam, dapat membantu perkembangan emosi dan intelektual.

    Pandangan serta pengejawantahannya berangkat dari sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

    Tiap-tiap anak bangsa, harus diakui dan diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kesamaan derajat, dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, persamaan kewajiban, tanpa membeda-bedakan agama, suku ras, dan keturunan.

    Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap sesama manusia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

    Sebagai contoh, dalam hal kepemimpinan, pemimpin yang efektif sangat diperlukan di era globalisasi ini. Seorang pemimpin yang mampu memberikan perhatian pribadi pada bawahan, memperlakukan setiap karyawan sebagai individu yang unik, dan melakukan pengembangan kepribadian terhadap setiap karyawan, merupakan komponen transformasional.

    Perilaku yang ditunjukkan dalam kepemimpinan transformasional adalah cerdas secara emosional.

    Oleh karenanya, penting bagi milenial mengenali diri, mengelola emosi dan memanfaatkannya secara produktif, serta memiliki rasa empati, dan kesanggupan untuk membina hubungan sosial.

    Dengan kemampuan emosional, memungkinkan seseorang tidak hanya memproses hal-hal yang sarat muatan informasi secara efektif, akan tetapi juga, mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengatur ruang lingkup sosial organisasi untuk menggapai kemakmuran.

    Berpikir kritis, bangsa ini masih krisis semangat dan jati diri akibat tergerus perkembangan zaman. Hal ini membuat rusaknya ideologi dan budaya bangsa itu sendiri.

    Oleh sebab itu, menyiapkan milenial yang akan menjadi pemimpin yang beradab dan berilmu serta cinta tanah air, dibutuhkan upaya pembentukan kecerdasan emosi dengan berpikir kritis, memahami apa yang dibutuhkan bangsa ini dan tahu harus berbuat seperti apa ke depan.

    Perspektif berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptual. Penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi.

    Dengan berpikir kritis, kaum milenial dapat membentuk karakter yang baik dan cerdas, yang pasti hal ini dapat menjaga keutuhan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan berbangsa dan bernegara.

    Milenial yang hebat adalah mampu berpikir realistis, era saat ini memang harus menggali potensi diri, berani bergaul, banyak membaca, dan berusaha untuk terus berkarya, dan jangan takut gagal.

    Ikut kedalam komunitas atau organisasi, dapat mengembangkan diri dan memperkaya cara pandang kita untuk melihat segala sesuatu yang tidak hanya satu perspektif saja.

    Milenial jangan duduk diam, kemudian terkungkung perasaan pesimis. Negara membutuhkan milenial tangguh sebagai agen-agen perubahan, demi kemajuan bangsa yang terbuka, produktif, dan inovatif.

    Berpancasila ditengah godaan ideologi global saat ini, dengan banyak pemikiran ekstrem, tentu, salah satunya melalui pendidikan. Dengan pendidikan, maka pandangan akan semakin luas, ilmu pengetahuan dan adab akan semakin diperdalam.

    Tinggikan impian dan cita-cita, berjuang, belajar sungguh-sungguh agar dapat memberikan kebermanfaatan, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, dan untuk Indonesia.

    Pancasila, harus dijadikan pijakan serta pedoman untuk seluruh anak bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta bermasyarakat khususnya para generasi milenial.


    Pancasila tidak semestinya sebatas diajarkan secara formal dan seremonial semata. Namun, yang terpenting adalah prinsip dan hakikatnya tetap terjaga dan selalu diamalkan sebagai bentuk penghormatan kepada para pendiri bangsa.

    Salah satunya kepada The Founding Fathers, Bung Karno. Janganlah kita untuk, "Jasmerah," Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Selamat Hari Lahir Pancasila, dalam Perayaan Bulan Bung Karno. [Red]
    Kolom netizen

    Buka kolom netizen

    Lentera Islam


    Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153)

    Berita Terbaru

    lingkungan

    +