Ket. foto : Lurah Tanjungmekar saat menengok Bocah Sapturi.
KARAWANG, KarawangNews.com - Nasib naas menimpa bocah Sapturi (13), warga Kampung Karang Anyar, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat. Lahir dari keluarga broken home, sejak kecil sudah tidak mendapat kasih sayang Ibunya, karena perceraian kedua orangtua. Masuk bangku SMP kelas 1, diduga karena terjatuh saat main bola dengan teman sebaya. Berminggu-minggu harus terbaring di rumah, akibat pembengkakan pinggul sebelah, hingga bocah malang tersebut kesulitan untuk sekedar jongkok bahkan duduk pun susah.
KARAWANG, KarawangNews.com - Nasib naas menimpa bocah Sapturi (13), warga Kampung Karang Anyar, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat. Lahir dari keluarga broken home, sejak kecil sudah tidak mendapat kasih sayang Ibunya, karena perceraian kedua orangtua. Masuk bangku SMP kelas 1, diduga karena terjatuh saat main bola dengan teman sebaya. Berminggu-minggu harus terbaring di rumah, akibat pembengkakan pinggul sebelah, hingga bocah malang tersebut kesulitan untuk sekedar jongkok bahkan duduk pun susah.
Pihak keluarga, Atem saat dihubungi awak media, Sabtu (4/12/2021) menerangkan, selama 2 minggu kebelakang sebetulnya Sapturi sudah coba dibawa ke dokter di rumah sakit Karawang. Tapi karena diagnosa awal dokter, kemungkinan bengkak Sapturi berkembang hingga seperti tumor, diduga suspect kanker tulang. Maka, kondisinya harus dirujuk ke RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, atau RS Dharmais di Jakarta untuk pemeriksaan laboratoriom lanjutan. Disinilah kemudian muncul permasalahan, terkait jaminan kesehatan yang digunakan Sapturi.
Atem menjelaskan, sementara ini Sapturi berobat menggunakan layanan umum. Hal ini tentu dirasa berat, mengingat ayah Sapturi yang hanya bekerja sebagai kuli harian dengan penghasilan seadanya. Ditambah suaminya (Kakak Sapturi, red) bekerja cuma sebagai buruh pabrik biasa, bila harus berobat lanjutan ke RSHS atau ke Jakarta, Atem kebingungan mengenai bagaimana biaya dan untuk akomodasi transportasi selama Sapturi disana.
Lebih lanjut, Atem menambahkan soal jaminan kesehatan, Sapturi sebetulnya punya Kartu KIS pemerintah. Namun, saat diurus minggu lalu sedang dalam kondisi non-aktif. Adanya perbedaan data, terkait perubahan nama yang pernah dulu dilakukan ibunya waktu Sapturi kecil, menyebabkan adanya ketidaksesuaian di data BPJS.
"Sejak minggu lalu, data KIS Sapturi sudah diurus untuk diperbaiki oleh PSM, dibantu pihak kelurahan, kecamatan hingga Dinsos hingga keluar rekomendasi dan data DTKS," ujar Atem.
Ia melanjutkan, setelah perbaikan data dan mendapat rekomendasi Dinsos Karawang, tinggal sekarang lapor ke Dinas Kesehatan untuk proses re-aktivasi KIS PBI nya. Atem berharap, Sapturi bisa segera dirujuk lewat jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah, karena kondisinya perlu segera ditangani lanjutan.
"Mudah-mudahan di Dinkes segera diaktifkan kembali KIS nya, agar segera dirujuk. Kasihan lihat kondisi anaknya," harap Atem. [yoz]