KISAH inspiratif datang dari perjuangan mahasiswi untuk mendapatkan gelar sarjana, yaitu Nurhayati sapaan akrabnya Noy, dari fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, program studi ilmu komunikasi.
Diberi kesempatan untuk hadir secara langsung dengan kedua orang tuanya dan diberi ucapan oleh rektor universitas Singaperbangsa Sri Mulyani. Noy mewakili wisudawan program sarjana, untuk hadir di prosesi wisudawan virtual yang di selenggarakan di gedung opon universitas Singaperbangsa Karawang (15/3|2021)
Wisuda online yang diselenggarakan universitas Singaperbangsa Karawang untuk angkatan tahun 2020/2021 terlaksana di bulan Maret 2021.
Sebab, pandemi Covid-19 masih berlangsung hingga saat ini. Prosesi Wisuda secara virtual dipilih sebagai cara efektif memutus penularan virus Corona, wisudawan gelombang pertama angkatan 2020/2021 dari 11 fakultas di universitas Singaperbangsa Karawang.
Nurhayati sapaan akrab Noy mendapatkan predikat lulus cumlaude dengan gelar wisudawan terbaik, dan lulus tepat waktu memperoleh IPK 3,96 lulus dengan IPK tertinggi di angkatan gelombang pertama wisuda 2020/2021. Dengan judul skripsi 'Strategi komunikasi melalui Instagram dalam pembentukan citra lembaga pemasyarakatan Kelas II A Karawang'
Menurut Noy, keberhasilannya ini banyak dibantu oleh pihak yang ikut serta dalam penelitian skripsinya.
"Alhamdulillah keberhasilan ini dibantu oleh pihak yang terlibat dalam menyusun skripsi, terutama kalapas Karawang pak Lenggono Budi dan pegawai struktural lapas karawang yang ikut serta membantu," ucapnya.
Noy bekerja di salah satu media lokal Karawang untuk memenuhi biaya kuliahnya, bahkan dia sempat menunda kuliah 1 tahun untuk mengumpulkan biaya masuk kuliah di perguruan tinggi negeri Universitas Singaperbangsa Karawang.
Masuk tahun 2016 melalui SBMPTN, semasa kuliah dia sering masuk semua angkatan kelas untuk mengejar waktu dan menyesuaikan jadwal antara pekerjaan dan jadwal kuliah.
Tidak mudah bagi Noy mengatur waktu agar bisa mengikuti jadwal kuliah yang diberikan kampus, namun ia menyiasatinya dengan masuk kelas lain. Semua kelas sudah ia masuki untuk bisa mendapatkan absensi dan nilai dari dosen.
"Aku kan kelas A sewajarnya ikut jadwal kelas asli, tapi karena kerja mesti ganti kelas yang berbeda, aku gak bisa korbankan pekerjaan karena dapat uang dari kerja untuk biaya kuliah, ya udah aku banyak pindah- pindah kelas semasa kuliah," ucap Noy.
Sempat ada dosen yang tidak setuju, karena Noy waktu kuliahnya sering ganti-ganti kelas, tetapi seiring berjalannya waktu Noy menunjukan dirinya mampu bersaing walaupun berada dalam kelas yang berbeda-beda setiap jadwal kuliah.
"Kendala itu pasti ada, rasa sakit hati, kecewa air mata pasti ada, perjuangan yang sekarang alhamdulillah bisa terbayar," kata Noy.
Dia berharap, dengan gelar wisudawan terbaik dan IPK tertinggi yang diraih olehnya, bisa jadi motivasi untuk diri mewujudkan cita-cita dan juga untuk para pejuang sarjana. Menurut noy, biaya bukan alasan untuk berhenti mengejar mimpi. [rls/spn]