KarawangNews.com - Degradasi Pancasila dimulai setelah reformasi, alat pemersatu bangsa ini selalu mengalami tantangan, saat ini muncul RUU HIP, 5 sila itu diperas jadi 3 sila, kemudian diperas lagi jadi 1 sila, ini dianggap penghianatan.
"Pancasila sudah final, silanya tidak bisa diperas, malah diubah nomor pun tidak bisa," kata Wakil Ketua II DPR RI, Saan Mustopa, pada acara sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, di Kecamatan Pakisjaya, Sabtu (4/7/2020) sore.
Diakuinya, Partai NasDem salah satu partai yang menolak RUU HIP, dia berharap RUU ini ditunda. Bahkan, saat ini umat Islam bereaksi keras terhadap RUU ini.
Disebutkan Saan Mustopa, setelah reformasi itu, semua yang berbau alat Pancasila dihilangkan, diantaranya pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), termasuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7).
Terkait Bhinneka Tunggal Ika, Saan menjelaskan, sejak lahirnya Indonesia, masyarakat menyadari Indonesia sebagai negara kepulauan, suku yang berbeda.
"Maka harus ada yang merekatkan itu semua, yaitu Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya.
Namun, sekarang sikap Bhinneka Tunggal Ika mulai melemah, ada ego kelompok identitas yang menggerogoti nilai-nilai tolerasi.
"Jangnkan berbeda agama, satu agama pun saling mengkafirkan," jelasnya.
Untuk itu, semua legislatif DPR-MPR memiliki Program 4 Pilar Kebangsaan, karena ini hal penting, setelah terbukanya reformasi yang berlebihan.
Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang dilaksanakan Saan Mustopa ini dihadiri guru madrasah dan tokoh masyarakat se-Kecamatan Pakisjaya. [spn]
"Pancasila sudah final, silanya tidak bisa diperas, malah diubah nomor pun tidak bisa," kata Wakil Ketua II DPR RI, Saan Mustopa, pada acara sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, di Kecamatan Pakisjaya, Sabtu (4/7/2020) sore.
Diakuinya, Partai NasDem salah satu partai yang menolak RUU HIP, dia berharap RUU ini ditunda. Bahkan, saat ini umat Islam bereaksi keras terhadap RUU ini.
Disebutkan Saan Mustopa, setelah reformasi itu, semua yang berbau alat Pancasila dihilangkan, diantaranya pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), termasuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7).
Terkait Bhinneka Tunggal Ika, Saan menjelaskan, sejak lahirnya Indonesia, masyarakat menyadari Indonesia sebagai negara kepulauan, suku yang berbeda.
"Maka harus ada yang merekatkan itu semua, yaitu Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya.
Namun, sekarang sikap Bhinneka Tunggal Ika mulai melemah, ada ego kelompok identitas yang menggerogoti nilai-nilai tolerasi.
"Jangnkan berbeda agama, satu agama pun saling mengkafirkan," jelasnya.
Untuk itu, semua legislatif DPR-MPR memiliki Program 4 Pilar Kebangsaan, karena ini hal penting, setelah terbukanya reformasi yang berlebihan.
Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang dilaksanakan Saan Mustopa ini dihadiri guru madrasah dan tokoh masyarakat se-Kecamatan Pakisjaya. [spn]