KARAWANG - Banyaknya keluhan masyarakat terkait pengangguran, terutama masyarakat yang tidak memiliki ijazah SMA dan SMK, maka pada tahun ini perusahaan garmen yang sebelumnya hengkang dari Karawang akan dipanggil lagi, supaya kembali berdiri di wilayah Karawang.
Hal itu dikatakan bakal calon bupati Karawang, H. Aep Syaepulloh, Kamis (5/3/2020) sore, di acara Reses Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Sabil Akbar di Sekretariat DPD Partai NasDem Karawang.
Dijelaskan H. Aep, hengkangnya pabrik garmen dari Karawang ke Subang, Majalengka dan beberapa daerah lain akibat naiknya Upah Minimum Kabupaten (UMK) Karawang yang mencapai Rp4 juta-an, sehingga semua pabrik garmen pindah ke kabupaten yang UMK-nya di bawah UMK Karawang.
"Ini yang menjadi penyebab banyaknya pengangguran di Karawang," kata H. Aep.
Kata dia, sejumlah mantan pekerja garmen pernah berkeluh kesah, meminta agar Karawang kembali membuka pabrik garmen, sebab ribuan mantan pekerja garmen yang mayoritas ibu-ibu ini tidak mempunyai keahlian selain menjahit.
Meski saat ini banyak berdiri pabrik, tetapi masyarakat Karawang minim memiliki keahlian di bidang mesin, kecuali lulusan SMK.
"Masyarakat banyak yang meminta agar dibuka lagi pabrik garmen, mereka juga bersedia diupah Rp3 juta perbulan," kata H. Aep.
Diakuinya, keluh kesah itu dia terima langsung dari masyarakat ketika melakukan sosialisasi, tak sedikit mantan pekerja garmen yang diatemui dan ingin kembali bekerja untuk menghidupi ekonomi keluarga.
"Saya sudah komunikasikan ini dengan pemerintah dan pengusaha garmen, tahun ini perusahaan garmen akan dibuka kembali (di Karawang, red)," jelasnya. (spn)
Hal itu dikatakan bakal calon bupati Karawang, H. Aep Syaepulloh, Kamis (5/3/2020) sore, di acara Reses Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Sabil Akbar di Sekretariat DPD Partai NasDem Karawang.
Dijelaskan H. Aep, hengkangnya pabrik garmen dari Karawang ke Subang, Majalengka dan beberapa daerah lain akibat naiknya Upah Minimum Kabupaten (UMK) Karawang yang mencapai Rp4 juta-an, sehingga semua pabrik garmen pindah ke kabupaten yang UMK-nya di bawah UMK Karawang.
"Ini yang menjadi penyebab banyaknya pengangguran di Karawang," kata H. Aep.
Kata dia, sejumlah mantan pekerja garmen pernah berkeluh kesah, meminta agar Karawang kembali membuka pabrik garmen, sebab ribuan mantan pekerja garmen yang mayoritas ibu-ibu ini tidak mempunyai keahlian selain menjahit.
Meski saat ini banyak berdiri pabrik, tetapi masyarakat Karawang minim memiliki keahlian di bidang mesin, kecuali lulusan SMK.
"Masyarakat banyak yang meminta agar dibuka lagi pabrik garmen, mereka juga bersedia diupah Rp3 juta perbulan," kata H. Aep.
Diakuinya, keluh kesah itu dia terima langsung dari masyarakat ketika melakukan sosialisasi, tak sedikit mantan pekerja garmen yang diatemui dan ingin kembali bekerja untuk menghidupi ekonomi keluarga.
"Saya sudah komunikasikan ini dengan pemerintah dan pengusaha garmen, tahun ini perusahaan garmen akan dibuka kembali (di Karawang, red)," jelasnya. (spn)