KARAWANG, KarawangNews.com - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Karawang melakukan pendampingan kepada Muhamad Akbar Nopansyah, anak yang menyaksikan ibunya tewas di tangan ayahnya sendiri.
Plt. Kepala DP3A, Drs. H. Abdul Azis, M.Si didampingi Sekretaris P2TP2A mengatakan, setelah mengetahui ada peristiwa pembunuhan yang disaksikan langsung seorang anak di Dusun Kamurang 1, Desa Jatimulya, Kecamatan Pedes, Rabu (5/2/2020) kemarin, pihaknya langsung menurunkan tim relawan dan psikolog.
Pada saat dilakukan pendampingan tim relawan dan psikolog, Muhamad Akbar menangis terus dan tidak mau komunikasi, setelah melalui pendekatan psikologis akhirnya dia sedikit-sedikit mau membuka diri.
"Untuk membantu pemulihan kepada anak korban, kita akan membantu melalui 'trauma healing' oleh tim relawan dan psikolog," jelasnya, Jumat (7/2/2020).
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan menimpa Muhamad Akbar, tim relawan dan psikolog meminta agar anak korban ini dipindahkan ke tempat yang relatif aman, karena jika masih berada di rumah tempat kejadian, Muhamad Akbar akan terus mengingat peristiwa tragis itu.
"Hal lain yg dihindari selanjutnya adalah banyaknya pihak yang ingin mengetahui kejadian tersebut, sehingga akan membangkitkan ingatan Muhamad Akbar terhadap kejadian yang baru dialaminya itu," ujarnya.
Lebih lanjut Azis mengatakan, untuk memantau perkembangan anak tersebut, DP3A telah menyusun jadwal kunjungan dan pendampingan yang melibatkan satgas kecamatan, relawan dan psikolog, sebab pemulihan korban memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan kesabaran.
"Perlu waktu lama agar proses 'healing' dapat berjalan dengan baik, sehingga kedepannya tidak membelenggu kehidupan anak hingga dewasa," kata Abdul Aziz. (spn)
Plt. Kepala DP3A, Drs. H. Abdul Azis, M.Si didampingi Sekretaris P2TP2A mengatakan, setelah mengetahui ada peristiwa pembunuhan yang disaksikan langsung seorang anak di Dusun Kamurang 1, Desa Jatimulya, Kecamatan Pedes, Rabu (5/2/2020) kemarin, pihaknya langsung menurunkan tim relawan dan psikolog.
Pada saat dilakukan pendampingan tim relawan dan psikolog, Muhamad Akbar menangis terus dan tidak mau komunikasi, setelah melalui pendekatan psikologis akhirnya dia sedikit-sedikit mau membuka diri.
"Untuk membantu pemulihan kepada anak korban, kita akan membantu melalui 'trauma healing' oleh tim relawan dan psikolog," jelasnya, Jumat (7/2/2020).
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan menimpa Muhamad Akbar, tim relawan dan psikolog meminta agar anak korban ini dipindahkan ke tempat yang relatif aman, karena jika masih berada di rumah tempat kejadian, Muhamad Akbar akan terus mengingat peristiwa tragis itu.
"Hal lain yg dihindari selanjutnya adalah banyaknya pihak yang ingin mengetahui kejadian tersebut, sehingga akan membangkitkan ingatan Muhamad Akbar terhadap kejadian yang baru dialaminya itu," ujarnya.
Lebih lanjut Azis mengatakan, untuk memantau perkembangan anak tersebut, DP3A telah menyusun jadwal kunjungan dan pendampingan yang melibatkan satgas kecamatan, relawan dan psikolog, sebab pemulihan korban memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan kesabaran.
"Perlu waktu lama agar proses 'healing' dapat berjalan dengan baik, sehingga kedepannya tidak membelenggu kehidupan anak hingga dewasa," kata Abdul Aziz. (spn)