Opini
Oleh: Hilman Tamimi
Deputi Propaganda dan Komunikasi Publik, Cakra Institute Karawang
Ditulis: Selasa (27/8/2019)
MESKI TERBATAS, sebagai bagian dari masyarakat Karawang yang memiliki kepentingan besar terhadap hasil proses politik, tim kecil yang dibentuk oleh Cakra Institute sudah melakukan survei langsung dan hasilnya kami jadikan bahan diskusi internal pada dua hari lalu.
Proses survei kami menyasar berbagai segmen pemilih kota-desa, laki-laki-perempuan, millennial, tradisional, kelompok ekonomi mapan-ekonomi lemah, pendidikan menengah tinggi, pendidikan dasar/non pendidikan, Aparatus Sipil Negara (ASN) – non ASN, juga kader simpatisan maupun non partai.
Beberapa point menarik yang dihasikan dan bisa dijadikan referensi bagi warga masyarakat serta pihak-pihak yang berkepentingan. Pertama, sebagian warga masyarakat tidak puas dengan kepemimpinan Cellica-Ahmad Zamakhsyari (Jimmy), karena janji-janji kampanye yang pernah disampaikan oleh pasangan tersebut masih banyak yang belum terwujud.
Kedua, Cellica digandrungi oleh mayoritas pemilih perempuan dan segmen pemilih yang berpikir simpel, karena sosok bupati Karawang itu dirasa komunikatif, humble, fashionable, mengikuti zaman dan tidak menjaga jarak dengan warganya.
Ketiga, Jimmy sebagai wakil bupati incumbent dipersepsikan memiliki visi-misi yang jelas dan lebih tegas dalam mengambil keputusan. Langkahnya terkait persoalan pengangguran, nasib Persika atau pun pembangunan infrstruktur dipersepsikan oleh publik sebagai antitesa dari sosok Cellica yang serba lamban dan cenderung auto pilot.
Namun, semangatnya yang menggebu-gebu telah memunculkan persepsi di sebagian masyarakat lainnya, bahwa Jimmy adalah pemimpin yang arogan, over reaktif, serampangan dan sering blunder dalam menyampaikan pernyataan-pernyataannya, baik sebagai pejabat publik maupun sebagai politisi.
Keempat, mayoritas pemilih menginginkan tampilnya sosok-sosok baru diluar Cellica dan Jimmy. Pandangan tersebut muncul dari segmen pemilih yang menyukai eksperimen, tidak terikat oleh fanatisme partai politik (parpol) ataupun organisasi tertentu, terutama kelompok pemilih millennial, ASN dan pemilih dari kelompok yang mapan secara ekonomi serta berpendidikan menengah tinggi.
Selanjutnya, muncul banyak nama alternative diluar incumbent dan yang lebih banyak disebut, yakni nama Gina Swara, politisi Gerindra, serta Acep Jamhuri yang saat ini menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Karawang.
Nama Gina Swara dipersepsikan sebagai perempuan yang cemerlang dalam karir politik, sederhana, representasi dari kekuatan 02 yang merupakan pemenang Pilres di Karawang dan trah dari mantan Bupati Karawang Ade Swara sebelum periode Cellica, Ade Swara kini masih memiliki banyak loyalis.
Sedangkan munculnya nama H. Acep Jamhuri, karena beliau dipersepsikan sebagai figure yang lebih netral bukan bagian dari Parpol manapun, memiliki kemampuan pemikiran dan pekerja keras, birokrat yang sukses dan berhasil, diterima oleh berbagai kalangan, teruji dalam sisi manajerial pemerintahan, serta mempunyai jejaring (networking) yang bisa diandalkan.
Kelima, nama-nama lain diluar keempat orang tersebut juga muncul dalam hasil survei Cakra Institute, namun belum cukup dominan popularitasnya.
Keenam, sangat kecil kemungkinan muncul pasangan calon dari perseorangan yang diakibatkan aturan Pemilukada saat ini lebih rumit dibanding Pemilukada Karawang tahun 2015, sehingga membutuhkan kesiapan dokumen persyaratan dan logistik yang berlipat pula.
Ketujuh, pendaftaran pasangan calon yang akan dimulai pada Maret 2020 merupakan rentang waktu yang sangat panjang, sehingga masih terbuka perubahan persepsi dan kecenderungan pilihan, tergantung pada kejelian dan kemampuan tim yang dibentuk oleh masing-masing Bakal calon, terutama tim yang mengurus isu, propaganda, branding dan siber. (***)
Deputi Propaganda dan Komunikasi Publik, Cakra Institute Karawang
Ditulis: Selasa (27/8/2019)
MESKI TERBATAS, sebagai bagian dari masyarakat Karawang yang memiliki kepentingan besar terhadap hasil proses politik, tim kecil yang dibentuk oleh Cakra Institute sudah melakukan survei langsung dan hasilnya kami jadikan bahan diskusi internal pada dua hari lalu.
Proses survei kami menyasar berbagai segmen pemilih kota-desa, laki-laki-perempuan, millennial, tradisional, kelompok ekonomi mapan-ekonomi lemah, pendidikan menengah tinggi, pendidikan dasar/non pendidikan, Aparatus Sipil Negara (ASN) – non ASN, juga kader simpatisan maupun non partai.
Beberapa point menarik yang dihasikan dan bisa dijadikan referensi bagi warga masyarakat serta pihak-pihak yang berkepentingan. Pertama, sebagian warga masyarakat tidak puas dengan kepemimpinan Cellica-Ahmad Zamakhsyari (Jimmy), karena janji-janji kampanye yang pernah disampaikan oleh pasangan tersebut masih banyak yang belum terwujud.
Kedua, Cellica digandrungi oleh mayoritas pemilih perempuan dan segmen pemilih yang berpikir simpel, karena sosok bupati Karawang itu dirasa komunikatif, humble, fashionable, mengikuti zaman dan tidak menjaga jarak dengan warganya.
Ketiga, Jimmy sebagai wakil bupati incumbent dipersepsikan memiliki visi-misi yang jelas dan lebih tegas dalam mengambil keputusan. Langkahnya terkait persoalan pengangguran, nasib Persika atau pun pembangunan infrstruktur dipersepsikan oleh publik sebagai antitesa dari sosok Cellica yang serba lamban dan cenderung auto pilot.
Namun, semangatnya yang menggebu-gebu telah memunculkan persepsi di sebagian masyarakat lainnya, bahwa Jimmy adalah pemimpin yang arogan, over reaktif, serampangan dan sering blunder dalam menyampaikan pernyataan-pernyataannya, baik sebagai pejabat publik maupun sebagai politisi.
Keempat, mayoritas pemilih menginginkan tampilnya sosok-sosok baru diluar Cellica dan Jimmy. Pandangan tersebut muncul dari segmen pemilih yang menyukai eksperimen, tidak terikat oleh fanatisme partai politik (parpol) ataupun organisasi tertentu, terutama kelompok pemilih millennial, ASN dan pemilih dari kelompok yang mapan secara ekonomi serta berpendidikan menengah tinggi.
Selanjutnya, muncul banyak nama alternative diluar incumbent dan yang lebih banyak disebut, yakni nama Gina Swara, politisi Gerindra, serta Acep Jamhuri yang saat ini menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Karawang.
Nama Gina Swara dipersepsikan sebagai perempuan yang cemerlang dalam karir politik, sederhana, representasi dari kekuatan 02 yang merupakan pemenang Pilres di Karawang dan trah dari mantan Bupati Karawang Ade Swara sebelum periode Cellica, Ade Swara kini masih memiliki banyak loyalis.
Sedangkan munculnya nama H. Acep Jamhuri, karena beliau dipersepsikan sebagai figure yang lebih netral bukan bagian dari Parpol manapun, memiliki kemampuan pemikiran dan pekerja keras, birokrat yang sukses dan berhasil, diterima oleh berbagai kalangan, teruji dalam sisi manajerial pemerintahan, serta mempunyai jejaring (networking) yang bisa diandalkan.
Kelima, nama-nama lain diluar keempat orang tersebut juga muncul dalam hasil survei Cakra Institute, namun belum cukup dominan popularitasnya.
Keenam, sangat kecil kemungkinan muncul pasangan calon dari perseorangan yang diakibatkan aturan Pemilukada saat ini lebih rumit dibanding Pemilukada Karawang tahun 2015, sehingga membutuhkan kesiapan dokumen persyaratan dan logistik yang berlipat pula.
Ketujuh, pendaftaran pasangan calon yang akan dimulai pada Maret 2020 merupakan rentang waktu yang sangat panjang, sehingga masih terbuka perubahan persepsi dan kecenderungan pilihan, tergantung pada kejelian dan kemampuan tim yang dibentuk oleh masing-masing Bakal calon, terutama tim yang mengurus isu, propaganda, branding dan siber. (***)