KARAWANG, KarawangNews.com - Sabtu (27/7/3019), Pertamina mendirikan empat posko medis mengantisipasi gangguan kesehatan masyarakat, pasca tumpahan minyak yang terjadi sepekan lalu di Anjungan Lepas Pantai YY Area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ), Kawarang, Jawa Barat.
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengungkapkan, sejak Rabu (24/7/2019) kemarin, Pertamina melalui anak usaha PT Pertamedika langsung menurunkan peralatan dan tenaga medis untuk melayani kebutuhan pengobatan masyarakat di sekitar desa terdampak.
Empat posko kesehatan di Karawang yakni posko di Desa Cemarajaya dan Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, posko di Desa Sungaibuntu dan posko di pantai Mutiara, Kecamatan Pedes. Keempat posko itu dijaga oleh para dokter ahli.
"Sementara, jumlah pasien rata-rata yang ditangani empat posko, mencapai 120 orang," katanya.
Menurut Fajriyah, keluhan pasien antara lain gatal-gatal, pegal-pegal, batuk dan penyakit lain seperti hipertensi. Diakuinya, berdasarkan identifikasi sementara, keluhan mereka tersebut bukan dampak langsung dari 'oil spill' atau tumpahan minyak di laut.
Sampai saat ini, Pertamina dan pihak terkait masih menginvestigasi penyebab kejadian kebocoran minyak tersebut. Namun, indikasi sementara menunjukkan adanya anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan munculnya gelembung gas dan diikuti oil spill.
"Pertamina memperkirakan, perlu waktu sekitar delapan minggu sejak 25 Juli 2019 untuk menghentikan sumber gas dan 'oil spill'," ucapnya. (rls/spn)
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengungkapkan, sejak Rabu (24/7/2019) kemarin, Pertamina melalui anak usaha PT Pertamedika langsung menurunkan peralatan dan tenaga medis untuk melayani kebutuhan pengobatan masyarakat di sekitar desa terdampak.
Empat posko kesehatan di Karawang yakni posko di Desa Cemarajaya dan Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, posko di Desa Sungaibuntu dan posko di pantai Mutiara, Kecamatan Pedes. Keempat posko itu dijaga oleh para dokter ahli.
"Sementara, jumlah pasien rata-rata yang ditangani empat posko, mencapai 120 orang," katanya.
Menurut Fajriyah, keluhan pasien antara lain gatal-gatal, pegal-pegal, batuk dan penyakit lain seperti hipertensi. Diakuinya, berdasarkan identifikasi sementara, keluhan mereka tersebut bukan dampak langsung dari 'oil spill' atau tumpahan minyak di laut.
Sampai saat ini, Pertamina dan pihak terkait masih menginvestigasi penyebab kejadian kebocoran minyak tersebut. Namun, indikasi sementara menunjukkan adanya anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan munculnya gelembung gas dan diikuti oil spill.
"Pertamina memperkirakan, perlu waktu sekitar delapan minggu sejak 25 Juli 2019 untuk menghentikan sumber gas dan 'oil spill'," ucapnya. (rls/spn)
