KARAWANG, KarawangNews.com - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Alam Al Firdaus di Desa Muktijaya, Kecamatan Cilamaya Kulon merupakan satu-satunya sekolah di Kabupaten Karawang yang menerima bayaran pakai sampah organik dan non organik.
Dijelaskan Direktur PAUD dan Sekolah Alam Al Firdaus, Siti Marini S.Pd, Sabtu (6/1/2018), sebanyak 50 anak-anak PAUD termasuk warga belajar kesetaraan di lembaga pendidikannya ini akan memulai bayar sekolah pakai sampah. Bayaran sekolah ini diantaranya untuk seragam, buku baca termasuk karyawisata.
Di lembaga pendidikan binaan PT Pertamina Asset 3 Subang Field ini, akan dibangun penampung sampah non organik yang punya nilai dijual, sebagiannya akan didaur menjadi kerajinan tangan, juga sampah organik yang akan dijadikan pupuk kompos, keduanya dinilai bisa membiayai operasional lembaga pendidikan yang dikelolanya. Dengan begitu, soal biaya pendidikan tidak akan menjadi beban orangtua anak dan warga kesetaraan.
Tak hanya soal ekonomis, sekolah berbayar sampah ini bertujuan untuk menerapkan cinta lingkungan kepada anak sejak dini, diantaranya agar tidak membuang sampah sembarangan. Ini sejalan dengan program yang dikembangkan sekolah, 'edu green'.
Diakuinya, dengan sendirinya dari sampah ini menjadi berkah terhadap edukasi maupun lingkungan, peduli lingkungan harus dimulai sejak dini terhadap karakter anak, maka dia mengajak mereka peduli lingkungan dan menjaga kebersihan.
"Ini ciri khas sekolah alam, tidak hanya hanya menjaga, tetapi mengelola lingkungan, ini wujud pembentukan karakter sekaligus mensukseskan Indonesia bebas sampah tahun 2020," ujarnya.
Untuk memulai ini, pada Sabtu pagi, sejumlah orang tua dikumpulkan dan diberi pematangan pemanfaatan sampah, setelah sebelumnya mereka telah mengikuti sosialisasi serupa, mengenai mengolah sampah organik dan non organik menjadi benda ekonomis.
Paparan soal sampah ekonomis ini diterangkan langsung oleh pakar sampah, Endang, dia menyebutkan, di Kabupaten Karawang setiap orang per harinya membuang sampah sebanyak 0,4 kg, dari jumlah itu sekitar 60 persen sampah organik.
Kata Endang, mayoritas masyarakat cenderung melihat sampah itu masalah dan sesuatu yang tidak diinginkan, maka dia memberikan pengetahuan, sampah ini bisa memberi berkah. Sampah bisa dikelola jika suatu desa punya bank sampah, ini sudah diterapkan di beberapa desa, tetapi di Kabupaten Karawang, baru Al Firdaus sekolah yang berbayar sampah.
"Sebenarnya, memungut sampah itu bukan hal hina tetapi mulia," kata dia. (spn)