KARAWANG, KarawangNews.com - Lagi, sebanyak 1.557 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya terjebak banjir yang menerjang pemukiman mereka sejak Senin (14/11/2016), sebagian warga memilih bertahan di rumahnya masing-masing meski ketinggian air mencapai 1 meter lebih.
Warga yang terjebak banjir itu berada di Dusun Segartanjung, Desa Segaran, Kecamatan Batujaya sebanyak 200 KK terdiri dari 1.500 jiwa dan Dusun Tenjojaya, Balong, Kendal dan Dusun Telukjaya, Desa Telukbuyung, Kecamatan Pakisjaya sebanyak 2.885 jiwa.
Pemukiman mereka diterjang banjir luapan Sungai Citarum, meski dalam situasi berbahaya, warga enggan meninggalkan rumah dengan harapan banjir segera surut. Mereka mengaku takut barang berharga miliknya hilang, jika meninggalkan rumah.
Hanya sebagian kecil warga yang mengungsi ke lokasi yang tidak terendam banjir. Mereka mendirikan tenda-tenda darurat di sepanjang tanggul Citarum tidak jauh dari pemukiman yang terendam.
Banjir ini sudah dianggap biasa terjadi dan warga mengaku terbiasa dengan kondisi seperti ini, barang-barang berharga sudah disimpan di tempat yang tinggi, demikian pula hewan ternak ditempatkan di kandang darurat yang lebih tinggi dari permukaan air.
Pada saat meninjau banjir, Selasa (15/11/2016) siang, Camat Batujaya, Rohmana menyampaikan, rumah warga yang kena banjir berada di dalam bantaran Citarum, sedangkan rumah warga yang berada di luar tanggul Citarum aman dari banjir.
"Mereka harus direlokasi, ini tanggungjawab BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai)," kata Rohmana.
Wakil Bupati Karawang, Ahmad Zamakshari (Jimmy) yang juga memantau langsung banjir di dua kecamatan ini memaparkan, ada dua solusi untuk membebaskan warga dari banjir rutin tahunan ini, yakni relokasi atau membuat tanggul baru sepanjang 8 Km dari Batujaya hingga Pakisjaya.
"Ini memang banjir rutin, karena BBWS yang tidak sigap menanggapinya, ini kesalahan teknis BBWS. Jika tanggul dibangun, air Citarum tidak akan membanjiri pemukiman itu," jelasnya.
"Selama ini BBWS tidak pernah berkoordinasi dengan Pemkab Karawang ketika melaksanakan proyeknya. Akibatnya ya seperti ini, warga jadi korban. Kita akan mendesak BBWS untuk membuat tanggul baru di tahun anggaran 2017," katanya.
Sementara itu, Deputi II Penanggulangan Darurat Bencana BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Tri. Budiarto, yang turut meninjau lokasi banjir di Karawang menyebutkan, banjir yang menerjang wilayah Karawang dan daerah lainnya di Indonesia disebabkan oleh masalah klasik.
Aksi penggundulan hutan, pendangkalan dan penyempitan sungai, serta prilaku masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungan, ini yang membuat banjir terus terjadi.
Maka, membicarakan banjir bukan melulu membahas soal batang sungai saja. Penanganan banjir harus dilakukan secara komperhensif, seperti menanggulangi hutan yang gundul serta membenahi masyarakat agar menjaga lingkungan sekitar.
Selain itu Tri juga mengatakan, setelah banjir terjadi harus
diperhitungan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di Karawang.
diperhitungan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di Karawang.
"Kalau saat ini ada sembilan ribu warga yang mengungsi, ke depan harus disiapkan tempat pengungsian dan logistik untuk dua kali lipat dari jumlah tersebut," katanya. (spn/rls)