BeritaKarawang.com - Penggunaan bio gas dari tumbuhan eceng gondok di Karawang belum diminati masyarakat, meski Kampus UNSIKA Karawang telah menggagas dan mensosialisasikan bio gas ini, warga masih memandangnya tidak praktis, beda dengan gas elpiji.
Demikian kata Kades Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, Apud Mahpudin, Selasa (3/3/2010) pukul 13.46 WIB, lemahnya pengguna bio gas ini disebabkan minimnya tumbuhan eceng gondok di beberapa desa, terlebih cara proses pembuatan bio gas yang dianggap ribet, semisal perawatan tabung permentasi.
Memang, lanjutnya, pembuatan bio gas ini murah, tetapi pada tahap awal pembuatan tabung ini yang sangat mahal sekitar dibawah Rp 1 juta. "Tapi kalau digunakan dengan cara perkelompok, 1 tabung bio gas bisa digunakan 4 rumah. Sebenarnya, berhasil atau tidak program ini tergantung masyarakatnya sendiri," jelasnya.
Kata dia, dipilihnya Kertasari dalam program ini, karena di desa ini terdapat tumbuhan eceng gondok hampir di setiap kolam ikan, beda dengan desa lain yang sulit mendapat eceng gondok.
Secara ekonomis, biaya pembuatan bio gas lebih murah, bahkan tidak akan mengeluarkan biaya sepeser pun dalam penggunaannya, hanya dibebani biaya membuat tabung saja seharga dibawah Rp 1 juta. Mayarakat cenderung menggunakan gas elpiji yang dianggap praktis meski harus mengeluarkan kocek Rp 105.000 sebulan.
Jumlah itu dihitung dari harga tabung gas elpiji 3 kg Rp 15.000/tabung, jika satu rumah tangga menggunakan 7 tabung selama satu bulan, sedikitnya warga harus mengeluarkan uang Rp 105.000 tiap bulannya.
Program bio gas ini telah diturunkan oleh PLN bekerjasama dengan kampus UNSIKA Karawang dengan memberi tabung pembuatan bio gas gratis, diantaranya kepada 10 KK di Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok.
Tujuan PLN melalui program bio gas ini, supaya masyarakat bisa mengurangi pembelian gas elpiji Rp 105.000 per bulan. Jumlah itu bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya, semisal memayar listrik. (*)