BeritaKarawang.com - Di Kecamatan Pakisjaya, musim paceklik sekarang harga beras melambung tinggi dari Rp 5.300/liter menjadi Rp 6.500/liter. Ini terjadi akibat padi di petani setempat sudah langka.
Kenaikan itu akibat pabrik penggilingan padi tidak bisa mencari padi di daerahnya sendiri, melainkan harus membeli dari luar daerah, tentunya dengan harga tinggi. Tengkulak di Karawang ini kadang harus beli padi hingga ke daerah Jawa Tengah.
Diungkapkan warga Desa Tanah Baru, Kecamatan Pakis, H. Mustopa (50), harga padi kering giling di Karawang masih tinggi. Dengan demikian, harga beli tidak sebanding penjualan.
Akibatnya, banyak pabrik penggilingan padi berhenti akibat selalu menuai rugi. Diketahui, harga padi setelah panen Rp 3.400/kg hingga Rp 3.600/kg, sedangkan gabah kering giling Rp 4.100 hingga Rp 4.200/kg, itu pun rendemennya hanya 56% hingga 58%. Dan harga beras di Pasar Induk Cipinang dibeli Rp 6.200/kg.
Menurut hitung-hitungan, pedagang beras yang membeli gabah langsung ke petani dan menjualnya kembali ke pasaran selalu mendapat rugi. "Kecuali harga gabah kering giling Rp 3.600/kg rendemennya 60%, harga beras Rp 6.200/kg ini baru bisa untung," kata Mustopa.
Harga padi kering giling di daerah Demak Jawa Tengan, lanjut Mustopa, berkisar antara Rp 2.850/kg hingga Rp 2.900/kg, rendemen mencapai 56% setelah jadi beras laku yang dijual dengan harga Rp 5.900/kg hingga Rp 6.100/kg.
Perbedaan ini berpengaruh terhadap harga beras di pasaran dengan kwalitas yang berbeda, namun para pedagang dapat untung. Sedangkan kalau belanja padi di daerah sendiri justru banyak tengkulak yang gulung tikar.
Menurut beberapa pemilik penggilingan padi, kacaunya harga padi di petani akibat ulah para tengkulak yang tidak seragam mematok harga. (*)