Kediaman keluarga Amil Udin di Cibuaya yang dijadikan tempat usaha opak krikit.
KarawangNews.com - Banyak home industri Karawang yang butuh dukungan modal untuk mengembangkan usahanya, seperti makanan opak krikit khas di Desa Cibuaya, RT 03/07, Kecamatan Cibuaya milik Amil Udin. Opak merk NR (Nikmat Raos) ini ada sejak tahun 1985. Hingga kini Udin keteter pesanan opak, sedangkan modal produksinya kurang.
"Opak ini mulai masuk supermarket tahun 1991. Sampai sekarang usaha ini lancar, tapi jumlah pesanan tidak sebanding produksi kami, karena kendala modal," ucapnya, Minggu (22/11/2009) siang.
Saat ini, tiap harinya dia menghabiskan 30 liter beras ketan atau untuk membuat opak krikit sebanyak 80 bungkus, tiap bungkusnya ada 10 keping opak krikit. Dijelaskannya, opak krikit khas Cibuaya buatannya sendiri ini beda dengan opak lainnya yang bentuknya kembung. "Opak ini saya ciptakan sendiri dengan bentuk yang tipis, renyah dan gurih," jelasnya.
Sementara itu, putra ketiga Amil Udin, Ulya berharap ada orang tua asuh yang mau memberikan bantuan mesin tumbuk pengolahan opak krikit. "Modal yang kita butuhkan hingga 100 juta-an, saya ingin menggabungkan pengusaha opak di Cibuaya ini untuk jadi home industri besar," ucapnya.
Selama ini, kendala produksi usaha ayahnya ini adalah alat tumbuk yang masih terbuat dari kayu. "Alat tumbuk ini sangat berat diangkat pakai tangan, sekitar 30 kg, kita butuh alat tumbuk dari mesin," ucapnya.
Proses pembuatan opak ini memang sangat sederhana, kata ulya, bahannya cuma beras ketan, kelapa dan garam. Beras ketan yang telah dinanak ditumbuk lalu dicetak bulat-bulat kemudian dijemur, setelah itu dipanggang diatas bara api dari arang dan dibungkus.
"Kita bukan tidak bisa memasarkan ke mall dan swalayan, malah kita yang keteter pesanan permintaan dari mall dan swalayan," kata Ulya.
Dijelaskannya, opak krikit ini merupakan makanan ciri khas Karawang dan hanya ada ada di Desa Cibuaya. Pada pemerintahan Soeharto, opak ini sempet masuk Mall Lippo Cikarang hingga Jakarta.
Bahkan, saat itu Menteri Petahanan Faisal Tanjung selalu memesan opak krikit ke Cibuaya jika acara pertemuan pemerintahan, tapi setelah krisis moneter tahun 1997 lalu, usaha ini sempat merosot tajam karena modal yang melambung tinggi, juga banyak karyawannya yang pergi ke luar negeri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita).
"Bahkan, opak krikit ini pernah dipasarkan di toko Doel milik pengusaha Indonesia di Arab Saudi," kata Ulya. (*)