RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat di wilayah Utara Karawang meminta ketegasan Pemda Karawang tentang status terminal Rengasdengklok. Jika memang terminal ini harus difungsikan, maka Dinas Perhubungan Karawang harus memperbaiki terminal dan membuat rute-rute angkutan umum. Namun, jika tidak lagi digunakan, masyarakat meminta supaya terminal ini dibongkar.
Hal ini diungkapkan beberapa warga dan Persatuan Angkutan Umum Rengasdengklok. Pemandangan tahunan ini, sangat disayangkan warga, aksi tukang ojek dan becak Rengasdengklok yang menurunkan paksa penumpang angkutan umum dari arah Tanjungpura menuju Pasar Rengasdengklok. Dan terminal Rengasdengklok inilah yang dijadikan alasan bagi tukang ojek dan becak sebagai lokasi yang tepat untuk menurunkan penumpang. Padahal, terminal ini hanya berfungsi sekitar 6 bulan sejak didirikan tahun 1984 lalu.
Tahun kemarin, 1429 Hijriyah, ratusan tukang ojek dan becak menurunkan penumpang di terminal ini 10 hari menjelang lebaran hingga lebaran tiba, bahkan lebih. Aksi kedua pelayan jasa transportasi ini kadang sering membuat geram masyarakat. Pasalnya, tidak sedikit dari mereka harus tersita waktu dan biaya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ojek dan becak menawarkan tarif jasa terbilang mahal, biasanya Rp 5000 sekali antar, kini bisa mencapai Rp 20.000.
Memang, menjelang lebaran ini dijadikan momen tepat bagi mereka untuk meraup hasil lebih dari para pemudik, tapi kenyataanya kakek-kakek tua renta yang biasa pulang-pergi Tanjungpura-Rengasdengklok pun terpaksa merogoh ongkos dua kali setelah diturunkan paksa oleh tukang ojek dan becak.
Aksi tukang ojek dan becak ini dilakukan sejak pagi hingga lepas dzuhur. Mereka mencegat angkot biru yang melaju dari arah Tanjungpura, memaksa penumpangnya turun dan menawarkan jasa dengan ongkos mahal. Tawar menawar dilakukan saat penumpang masih berada dalam angkot, karena penumpang angkot itu menolak turun.
Namun, tukang ojek dan becak tidak kalah diam, mereka terus menawarkan jasanya dan mengatakan angkot yang mereka tumpangi tidak lagi sampai ke Pasar Rengasdengklok melainkan habis sampai terminal. Tidak hanya itu saja, angkot warna biru ini digulung, lalu kaca jendela angkot dibuka, tangan-tangan tukang ojek masuk ke dalam berusaha mengambil barang bawaan penumpang, tapi ada juga yang jahil colak-colek pada penumpang perempuan.
Tidak puas mangkal di dalam terminal, puluhan tukang ojek lainnya mencegat angkot jauh sekitar 1 km lebih dari terminal, hingga ke Desa Amansari. Hal itu mereka lakukan karena di dalam terminal sendiri terbilang ratusan ojek dan becak. Jadi, sebagian dari mereka mengejar penumpang hingga bukan pada tempatnya lagi. Bahkan tahun lalu, hampir semua ojek mangkal di luar terminal, mereka menurunkan semua penumpang angkot.
Jelas, penumpang geram, kecewa dan tidak menginginkan naik ojek, bahkan mencaci maki tukang ojek. Akhirnya puluhan penumpang yang sudah diturunkan paksa ini harus jalan kaki 1-2 km lebih menuju Pasar Rengasdengklok sambil menjinjing barang-barang mereka yang berat.
Hal ini sudah menjadi pengetahuan umum, bahkan bupati dan Dinas Perhubungan
Karawang juga intansi lainnya pun tidak bisa menutup mata. Malah, terkesan rutinitas tahunan ini seolah jadi tradisi dan dibiarkan, ribuan masyarakat yang hilir-mudik Tanjungpura-Rengasdengklok ini dirugikan. Pada lebaran 1429 Hijriyah lalu, beberapa ojek dan becak mengatakan telah mendapat ijin dari pihak kepolisian dan pemerintah setempat. Namun, jika melihat yang dialami masyarakat saat itu, sepertinya pemerintah bukan mengayomi melainkan mempersulit masyarakat. (spn)
Karawang juga intansi lainnya pun tidak bisa menutup mata. Malah, terkesan rutinitas tahunan ini seolah jadi tradisi dan dibiarkan, ribuan masyarakat yang hilir-mudik Tanjungpura-Rengasdengklok ini dirugikan. Pada lebaran 1429 Hijriyah lalu, beberapa ojek dan becak mengatakan telah mendapat ijin dari pihak kepolisian dan pemerintah setempat. Namun, jika melihat yang dialami masyarakat saat itu, sepertinya pemerintah bukan mengayomi melainkan mempersulit masyarakat. (spn)