RENGASDENGKLOK, RAKA - Biaya buang sampah Pasar Rengasdengklok ke TPSA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) Jalupang, Kecamatan Kota Baru sekitar Rp 25 juta-an perbulan. Biaya itu hanya untuk BBM (Bahan Bakar Mesin) 4 armada sampah, belum termasuk pekerja dan suku cadang armada. Jika di Rengasdengklok ada TPSA, biaya BBM itu bisa ditekan setengahnya sekaligus menghemat dana Pemda Karawang.
Demikian kata Koordinator Kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok, Ilyas kepada RAKA, Senin (7/9) siang di tempat kerjanya. Setiap hari, empat armada kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok membuang sekitar 45-50 meter kubik sampah. Kubikasi ini tidak pernah surut setiap hari, titik surut hanya berkisar 40 kubik sampah perhari di waktu tertentu. Dan sampah terbanyak ketika Pasar Rengasdengklok menerima kiriman jagung, sampah kulit jagung ini membuat tumpukan sampah pasar semakin banyak.
Besarnya biaya operasional membuang sampah, kata Ilyas, harus ditangani dengan membuat TPSA di sekitar Rengasdengklok. Jika Rengasdengklok punya TPSA, maka BBM akan bisa ditekan. Selama ini, kerusakan armada selalu terjadi, semisal ban dan onderdil lainnya. Jarak Rengasdengklok-Jalupang ini sangat mempengaruhi kualitas armada sampah.
Hitung-hitung, setiap satu armada sampah membutuhkan 30 liter solar tiap rit, sedangkan satu armada membuang sampah sebanyak 2 rit. Sebanyak 19 pekerja dikerahkan setiap hari mengangkut sampah, sejumlah pekerja itu dibagi untuk empat armada sampah. Jam kerja kebersihan di Pasar Rengasdengklok mulai pagi pukul 8.00 sampai 11.00 WIB, kemudian dilanjutkan sore pukul 15.00 sampai 18.00 WIB. Meski sampah pasar terus diangkut, pihak kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok mengaku belum bisa maksimal membersihkan pasar dari sampah, karena sampah terus mengalir dari para pedang yang mereka tumpuk di sepanjang jalan raya.
Kata Ilyas, lokasi TPSA yang ideal adalah daerah Leuwisisir di Telukjambe, lokasi itu sangat strategis dan mudah dijangkau armada sampai se-Kabupaten Karawang. Selama ini, Rengasdengklok adalah lokasi terjauh ke Jalupang. Di TPSA Jalupang, lanjutnya, pemerintah hanya membebaskan lahan sawah seluas 5 hektar, sedangkan di Leuwisisir sudah permanen, memang mandegnya TPSA Leuwisisir itu akibat penolakan warga setempat, yang tidak menginginkan keberadaan TPSA di lingkungannya. "Kalau di Rengasdengklok ada TPSA, kita biasa menekan biaya setengahnya setiap bulan, jadi Pemda akan menghemat pengeluaran," ujarnya.
Pada bulan puasa ini, jumlah kubikasi sampah Pasar Rengasdengklok bertambah hanya pada awal puasa sekitar 7,5 meter kubik dan kembali normal di pertengahan puasa. Seperti tahun sebelumnya diperkirakan H-7 sampah akan kembali banyak, mengingat akan banyak warga yang belanja untuk memenuhi kebutuhannya. Dan pada saat itu pula, pedagang akan menambah jumlah dagangan mereka dua hingga tiga kali lipat. Pada 7 hari sebelum lebaran itu, pihak kebersihan akan kewalahan untuk membuang sampah ke TPSA Jalupang. (spn)