Oleh: Kholid Al Kautsar
Pengajar SMAN 1 Batujaya, Kabupaten Karawang
Duka kembali melanda bangsa Indonesia, seolah datang bergiliran, beberapa tahun lalu bencana alam melanda Aceh, Nias, Yogyakarta dan Pangandaran. Sekarang gempa itu mengguncang Tasikmalaya dan beberapa daerah lain Jawa Barat. Indonesia seperti tak pernah putus di rundung duka.
Fenomena alam ini sebagai peringatan keras dari Allah SWT agar kita kembali ke jalan yang benar. Tanpa mengenyampingkan rasa empati yang mendalam kepada korban dan keluarga yang ditinggalkan, pantas menjadi renungan, perkataan Umar bin Khatab saat terjadi gempa di suatu wilayah, kalimat yang pertama kali diucapkan Khalifah Umar bin Khatab. "Wahai rakyat ku, maksiat apa yang kita lakukan sehingga mengundang bencana seperti ini".
Dan gempa di Tasikmalaya yang menelan banyak korban ini memang menyisakan kepiluan yang mendalam, tapi bukan berarti kita harus larut dalam kepedihan dan tidak berusaha melakukan introspeksi diri. Setidaknya ada tiga aspek yang harus kita renungkan. Pertama, sebagai mukmin, bencana ini tentu terkait dengan perilaku kita selama ini. Kedua, musibah ini merupakan alat untuk selalu melakukan introspeksi diri dan mengerjakan aksi kesadaran sosial dalam bentuk memberikan bantuan kepada sesama. Ketiga, banyak pernyataan yang melecehkan ajaran Islam dan kemaksiatan yang merajalela, sehingga Allah SWTdatangkan bencana bagi bangsa ini.
Kedepan kita harus berpikir jernih, lebih baik, sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasul-Nya. Ada pesan bagi pemerintah Indonesia. Pertama, perlu ada skala prioritas dalam menangani negeri ini, terutama persoalan kemiskinan yang terabaikan. Kedua, rasa keadilan terhadap masyarakat harus ditumbuhkan terus menerus oleh pemerintah dan ketiga, pemerintah harus memerangi segala bentuk kemaksiatan secara tegas.
Sudah saatnya pemerintah melakukan 'dakwah amar makruf nahi munkar' dengan baik. Pemerintah harus tegas dan konsisten kalau ingin membawa bangsa ini kepada kondisi yang lebih bermartabat. Peringatan Allah SWT sudah datang berkali-kali, kita harus ingat itu. (spn)