Gladiresik drama kolosal detik-detik Proklamasi oleh siswa SMAN 1 Rengadengklok.
KARAWANG NEWS - Pada 14-16 Agustus 2009 sekarang, Yayasan Sangga Buana Karawang gelar napak tilas Proklamasi di Tugu Proklamasi Rengasdengklok. Puncak acara ini adalah hadirnya Mayjen TNI KPA Drs. H. Herman Saren Sudiro dan menampilkan drama kolosal berceritakan detik-detik Proklamasi.
Dijelaskan Ketua Umum Yayasan Sangga Buana, Suherman kepada KARAWANG NEWS, Jumat (14/8) siang. Pada 16 Agustus besok, digelar lomba membacakan puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar, juga membacakan teks Proklamasi. Selain itu, siswa pramuka akan diikut sertakan mengikuti lomba PBB (Peraturan Baris Berbaris) dan akan mempertontonkan drama kolosal tentang perjuangn pemuda saat menculik Soekarno dari Jakarta ke Rengasdengklok.
"Drama kolosal itu merupakan bintang acara napak tilas ini. Jadi drama itu dikemas untuk mengenang kembali dtik-detik Proklamasi pada 16 Agustus 1945 lalu. Sehingga penonton bisa mengetahui peristiwa di Rengasdengklok pada hari itu, karena hari itu merupakan momen yang berpengaruh terhadap berdirinya kedaulatan Negara Republik Indonesia," jelasnya.
Besok, napak tilas akan diramaikan konvoi mobil willis dari Jakarta ke Rengasdengklok. Hari kemarin, gebyar napak tilas ini menggelar bazar yang diikuti masyarakat setempat. Hari ini, Sabtu (15/8) digelar parade band yang dimulai pukul 10.00 WIB hingga 23.00 WIB. Kemudian pada tanggal 16 besok menjelang detik-detik Proklamasi, acara akan dibuka pukul 13.30 WIB, diantaranya membaca Ayat Suci Al Qur'an, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian sambutan Bupati Karawang Drs. Dadang S. Muchtar. Acara dilanjutkan dengan mendengarkan skapur sirih pelaku sejarah Mayjen TNI KPA Drs. H. Herman Saren Sudiro dan acara ditutup dengan drama kolosal.
Tidak hanya disitu, pada malam harinya pukul 00.00 WIB digelar renungan suci di pelataran tugu kebulatan tekad Proklamasi, sebagai inspektur upacaranya dari Kodim, yaitu Kapten Infantri Kusnen. Kata Suherman, dia sangat bangga melihat animo masyarakat Rengasdengklok yang antusias terhadap kegiatan napak tilas. "Meski sosialisasi sejarah di kabupaten ini kurang mengena, tapi masyarakat malah maju dan antusias mengikuti acara napak tilas dengan segala kekurangannya," ucapnya.
Dijelaskannya, Proklamasi merupakan buah nyata perjuangan bangsa yang tertanam hampir empat ratus tahun lalu, dipupuk oleh mayat-mayat patriot dan disiram dengan darah perjuangan serta dipagari oleh bambu runcing tajam. Kebulatan tekad Proklamasi yang dihadiri berbagai elemen yang dipelopori oleh pejuang dan pasukan PETA (Pembela Tanah Air), serta tokoh pendiri negara yang terdiri dari golongan tua dan muda dalam perjalanannya yang dilalui dengan perdebatan sengit.
Tanggal 16 Agustus 1945 lalu menjadi peristiwa penting kebulatan tekad Proklamasi, dimana kesepakatan yang ditulis langsung Ir. Soekarno di Rengasdengklok diliputi suasana tegang menanti detik-detik Proklamasi untuk kemudian diboyong dan diproklamirkan di Jakarta untuk direvisi dan diketik ulang kembali lalu dibacakan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, nomor 56.
Yayasan Sangga Buana salah satu dari ribuan perkumpulan yang di dalamnya terdiri dari generasi muda dan tua, selama ini bergerak di bidang pemerhati sejarah, lingkungan sosial dan kemanusiaan. Yayasan ini berkeinginan mengingatkan kepada pemerintah pusat maupun daerah dan masyarakat untuk dapat terus melahirkan cita-cita kemerdekaan bangsa Republik Indonesia yang subur makmur, gamah ripah lohjinawi. Yaitu dengan mengadakan kegiatan mengenang detik-detik sejarah Proklamasi 45. (*)