KARAWANG NEWS - Sebuah alat keruk terjungkal dan masuk sungai di Dusun Bedeng, RT 07/02, Desa Kutajaya, Kecamatan Kutawaluya, Sabtu (29/8) pukul 20.00 WIB. Alat keruk ini adalah satu dari sejumlah alat serupa yang bekerja mengangkat sedimentasi lumpur di semua sungai wilayah Karawang beberapa pekan ini. Alat keruk bernomor body PC 200 LC ini tercebur ketika akan naik truk trailer untuk dipindahkan.
Beberapa warga mengatakan, beko ini terjungkal dan masuk sungai karena posisinya miring ketika dinaikan ke atas truk trailer. Posisi beko terlalu menepi, sebelah rodanya anjlok dan kemudian tercebur. Rencananya beko ini akan diangkut ke Desa Kutamukti, Kecamatan Pedes. Dan meski tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut, kontraktor PT Arya Bangun Putra Sejati Bandung ini diperkirakan harus merogoh Rp 56 juta untuk menyewa alat derek. Seperti dijelaskan staf Pengawas BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai ) Citarum, Jaenal didampingi Ir. Didi Supriadi saat ditemui dilokasi kejadian.
Menurut Jaenal, terendamnya beko di dasar sungai bisa mengakibatkan kerusakan mesin. Untuk itu, beko ini harus segera diangkat supaya mesinnya tidak kemasukan air. Namun demikian, ketika beko ini tercebur, terlihat mesinnya tidak terendam air. Kata Jaenal, kerugian sementara baru sebatas biaya alat derek untuk mengangkat alat keruk ini dari dasar sungai, biaya itu belum termasuk kerusakan bekonya. "Saya lihat tidak ada kerusakan pada mesin beko, sebab mesinnya tidak terendam air sungai," paparnya.
Warga setempat, Dadang (45) mengatakan, beko itu tercebur ketika semua warga sedang menjalankan sholat tarawih, suara jeritan warga yang menyaksikan dan benda besar tercebur membuat semuanya kaget dan berhamburan ke lokasi kejadian. Beko yang tergelincir itu rencananya akan di bawa ke tempat lain untuk mengeruk sedimentasi lumpur yang dianggap lebih banyak, setelah usai mengeruk di Desa Kutajaya.
Hal senada dikatakan warga lainnya, Ansori (27), terceburnya beko ke sungai ini kemungkinan disebabkan saat menaikan alat berat itu kurang cermat, akibatnya sebelah roda beko tergelincir, gelap malam juga kemungkinan jadi penyebab kecelakaan ini. Diketahui, penggunaan truk trailer untuk memindahkan beko merupakan antisipasi kerusakan mesin beko.
Jarak tempuh mesin keruk ini memiliki batas, selain untuk mengurangi kerusakan pada badan jalan oleh gerigi roda besi beko, pemindahan alat beko ini harus dilakukan secara manual dan roda beko dijalankan dengan menggunakan daya hidrolik. Seperti terlihat, sepekan ini semua saluran air induk dan sekunder di beberapa kecamatan daerah utara Karawang dikeruk mesin beko. Sejumlah mesin beko ini mengeruk endapan lumpur sungai. Sedangkan lumpur yang diangkat beko dimanfaatkan warga setempat untuk mengarug pekarangan rumah mereka.
Pengerukan ini atas usulan Pemda Karawang kepada Pemerintah Pusat, mengingat setiap tahun daerah di ujung Karawang selalu kekurangan air untuk pertanian, kekurangan air ini akibat penyempitan saluran oleh sedimentasi lumpur. Untuk itu, mesin beko dikerahkan untuk mengeruk tanah sungai, terhitung sejumlah beko terlihat di setiap kilo meter jalan raya dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Beko-beko itu dikerahkan untuk menyelesaikan tengat waktu pengerukan. Dan hingga berita ini diturunkan, beko tersebut belum diangkat dari dasar sungai. (*)