PEDES, RAKA - Program BKLK (Berwawasan Keunggulan Lokal Kelautan) SMAN 1 Pedes sudah setahun ini mandeg. SMAN ini satu dari 99 SMA se-Indonesia yang ditunjuk pemerintah pusat dan dibekali wawasan kelautan, yaitu dengan mengolah SDA (Sumber Daya Alam) laut diantaranya pengolahan ikan.
Dijelaskan Kepala SMAN 1 Pedes, Undang Muhdan S.Pd, didampingi Wakasek Kesiswaan, Dodo Anwar S.Pd, kepada RAKA, Kamis (23/7) siang, yang menyebabkan sekolah ini tidak meneruskan program BKLK karena tidak memiliki persediaan bahan baku berupa ikan. Selama praktek pengolahan ikan, sedikitnya siswa butuh ikan bandeng dan tuna diatas 20 kg.
Jika kebutuhan tiap rombongan belajar membutuhkan 5 kg ikan untuk praktek, sementara harga per kg ikan itu Rp 15 ribu, jadi sedikitnya tiap rombongan belajar yang berjumlah 20 siswa itu butuh Rp 100 ribu, belum lagi bahan masak lainnya seperti minyak sayur dan gas, total anggaran sekali praktek bisa mencapai Rp 150 ribu. "Kalau semua siswa praktek bisa Rp 6 juta untuk sekali praktek pengolahan ikan," kata Undang.
Kata Dodo, sekolahnya merencanakan akan mencoba menjalin kerja sama dengan TPK (Tambak Pandu Karawang) dan BPBPLAPU yang ada di Kecamatan Cilebar, terutama dalam penyediaan bahan baku. Selain itu, kerjasama itu diupayakan tidak hanya sekedar menerima ikan untuk diolah di sekolah, tapi pihak perikanan itu bisa menyediakan lahan untuk pengadaan bahan baku, nantinya siswa akan mengarah pada budidaya ikan di tambak. "Pihak TPK pernah mengatakan, proses yang baik adalah diawali dari membudidaya ikan," ujarnya.
Selama setahun ini, BKLK SMAN 1 Pedes benar-benar mandeg, ini bisa dilihat dari ruang tata boga yang tampak kusam, lantainya pun berdebu akibat jarang digunakan. Diakui Dodo, yang punya keahlian BKLK adalah kelas tiga yang keluar tahun ini, karena program ini mulai pada tahun 2007 lalu, yaitu diawali dengan TOT (Training Of Trainer) SMA se-Jawa Barat, Banten dan Lampung di SMAN 1 Pedes beberapa tahun lalu.
Dipilihnya SMAN 1 Pedes untuk menerima program BKLK ini mengingat lokasinya dekat dengan laut, sama dengan sekolah lain se-Indonesia yang juga mendapatkan program ini untuk mendidik siswa sekolah berwawasan lokal yang menjadi unggulan di daerah masing-masing. "Memang, ketika TOT tahun 2007 lalu, sempat terpikir kedepannya sekolah ini akan butuh biaya besar untuk mengoperasionalkan BKLK. Bahkan kita akan kerjasama dengan SMA di Sumatra dibidang rumput laut, tapi yang jadi kendalanya adalah transport," kata Dodo. (spn)