KUTAWALUYA, RAKA - Banyaknya kejadian warga tewas akibat tersengat listrik di sawah, beberapa kepala desa menghimbau supaya petani mencopot ranjau tikus tersebut dan menggantinya dengan ranjau yang dianggap aman bagi manusia. Dan memang, setelah mendengar beberapa kali kejadian orang tewas tersengat listrik di sawah, membuat beberapa petani jadi enggan menggunakan sengatan listrik untuk melindungi sawahnya dari hama tikus. Kini, petani kembali memagari area sawahnya dengan plastik.
Di beberapa titik pada lingkaran plastik itu dibuatkan lubang-lubang sebagai perangkap tikus. Untuk sementara waktu, cara seperti itu dianggap aman dan bisa melindungi sawah dari hama tikus. Diketahui, petani di daerah sering menggunakan kawat-kawat yang dipasang di pinggiran pematang dan melingkari petak-petak sawah. Kawat itu dialiri listrik pada malam hari. Sebagai tanda sawah itu dilingkari kawat listrik, petani memasang lampu-lampu kecil warna merah di atas sawahnya.
Meski begitu, tetap saja kawat yang melingkari petak sawah itu tak terlihat, karena posisinya hanya beberapa centimeter diatas tanah pematang sawah. Tak jarang beberapa warga tersengat listrik itu, bahkan ada korban jiwa. Seperti yang terjadi di Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar beberapa waktu lalu, seorang warga tewas tersengat listrik di sawah, begitu pun dengan dua bocah di Kecamatan Kutawaluya baru-baru ini yang tewas akibat hal serupa.
Namun begitu, masih ada beberapa petani yang menggunakan jebakan berbahaya ini terpasang di sawah mereka. Dan hal ini mendapat perhatian langsung dari Kepala Desa Sindangmukti, Kecamatan Kutawaluya, M. Artalim, dia menghimbau kepada para petani yang belum mencabut ranjau listrik di sawahnya agar menggantikan dengan yang lebih aman bagi manusia.
Dijelaskan M. Artalim, solusi yang tepat dan aman adalah menggunakan perangkap tikus seperti yang dilakukan petani di Kecamatan Wadas, meski harus mengeluarkan biaya tambahan, yaitu melindungi petak sawah dengan plastik yang diberi lubang-lubang kecil sebagai perangkapnya. Cara pemagaran ini tujuannya untuk menekan tingginya serangan hama tikus.
Dengan cara seperti ini, petani banyak mendapatkan tikus-tikus yang terperangkap setelah pengontrolan rutin setiap tiga jam. Disebutkan, satu hektar untuk pemagaran dan alat perangkap menghabiskan biaya Rp 1,2 juta, biaya ini untuk membeli plastik bibit, bambu, tali plastik dan alat perangkap sentreg ditambah oli bekas. Cara pemagaran seperti memagari bibit padi yang masih kecil, cuma yang ini sedikit berbeda. Pemagaran ini, seluruh petak sawah dipasang bambu sebagai penjepit plastik. Kemudian pada beberapa titik plastiknya dilubangi kecil-kecil sebagai perangkap ketika tikus berusaha masuk ke area padi yang ditanam. (spn)