RENGASDENGKLOK, RAKA - Peringatan hari lahir Bung Karno, Sabtu (6/6) di Tugu Proklamasi Rengasdengklok berlangsung meriah, pidato capres Megawati dan cawapres Prabowo mampu membangkitkan masyarakat pada nilai sejarah bangsa, terutama mengenang kembali perjuangan Bung Karno yang telah melepaskan bangsa ini dari belenggu penjajah. Juga, ajaran dan nilai luhur yang dia wariskan hingga generasi sekarang, yaitu Pancasila.
Hampir seratus ribu lebih masyarakat dari DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat termasuk Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) tumplek di tugu sejarah Rengasdengklok ini, meski hari lahir Bung Karno dilakukan setiap tahun di Tugu Monas Jakarta, peringatan kemarin dianggap merupakan kesan tersendiri bagi bangsa ini, terutama bagi masyarakat Rengasdengklok yang rindu kepada keturunan-keturunan Bung Karno, karena 'proklamasi' bukanlah hal asing, mengingat di kota ini terdapat monumen dan rumah sejarah proklamasi. Bahkan, baru kali ini warga Rengasdengklok melihat langsung, sosok Guntur Soekarno Putra, yaitu bayi kecil yang dibawa Bung Karno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk merumuskan kemerdekaan.
Diusianya yang sudah tua kini, Guntur Soekarno Putra mengingatkan kembali kondisi yang dialami mendiang ayahnya, ketika bangsa ini sedang genting dan berusaha melepas belenggu-belenggu penjajahan. Dihadapan masyarakat, dengan tegas Guntur mengatakan, Bung Karno akan selalu ada dalam dada masyarakat bangsa ini dan Bung selalu mengatakan pahamnya 'marhaenisme', yaitu ismenya orang-orang kecil, petani, kaum buruh dan kaum tertindas.
Dia juga mengingatkan pada 1 Juni 1945 lalu, tercetus Pancasila yang menjadi falsafah bangsa ini, inti dari ajaran Pancasila yang dibuat Bung Karno ini adalah gotong royong, dengan gotong royong maka bangsa ini bisa menghancurkan kapitalisme dari bumi pertiwi. "Makanya pegang teguh ajaran Soekarno jika bangsa ini ingin tetap berdiri. Dan Pancasila digali oleh beliau dan dipersembahkan oleh beliau untuk rakyat Indonesia," jelasnya.
Tak cukup itu, Guntur meminta supaya bangsa ini, termasuk masyarakat Rengasdengklok memegang terus ajaran Bung Karno, meski Rengasdengklok ini terus diterpa badai berkepanjangan. Kata Guntur, bangsa ini belum merdeka 100 persen, karena menurut Bung Karno, merdeka 100 persen harus penuhi tiga pokok, yaitu berdaulat dalam bidang politik, bamerdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang budaya. Namun itu semua belum tercapai.
Sementara itu, Puti Guntur Soekarno Putra menceritakan sejarah perjuangan Bung Karno yang penuh liku dan onak. Usai tamat lulus dari IPB (Institut Pertanian Bogor) Bung Karno menolak jadi pegawai pemerintah kolonial, dia bersama rekannya mendirikan PNI (Partai Nasionalis Indonesia) dengan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia, dengan politiknya itu dia dijatuhi hukuman oleh Kolonial Belanda. Kendati begitu, dia tetap berjuang meski dia dibuang dan diasingkan.Namun dia tetap memperjuangkan kemerdekaan bangsa, hingga kemudian dia bertemu dengan Fatmawati di Bengkulu dan mempersuntingnya sebagai istri pertama dan ibu negara pertama di Indonesia.
Pada 1 Juni 1945, Bung Karni menyampaikan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia dan 17 Agustus 1945 dia membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Bahkan dengan gagasannya, Bung Karno membantu negara-negara yang terjajah untuk bisa lepas dari penderitaannya. Dengan gagasan cemerlang itu atau yang selalu disebut-sebut putra fajar bangsa Indonesia ini akhirnya memperoleh gelar doktor dari 26 universitas dalam dan luar negeri. Dan pada 21 Juni 1970, dia wafat dan putra sang fajar meniggalkan bangsa ini. "Tapi keinginan dan cita-citanya terus harus dijaga dan diperjuangkan," tandas Puti.
Sementara itu dalam sambutannya, Bupati Karawang Drs. Dadang S. Muchtar menceritakan peristiwa 16 Agustus 1945 silam. Ketika itu, masyarakat Rengasdengklok telah menyatakan merdeka dari penjajah dengan mengibarkan Bendera Merah Putih yang dipimpin Camat Rengasdengklok saat itu Adi Pranoto pukul 16.00 WIB. Bupati juga menyatakan, Pemkab Karawang telah menganggarkan dana untuk membangun Tugu Proklamasi Rengasdengklok. (spn)