"Beberapa tahun lalu, sering kali sekolah mengadakan perpisahan sebelum kelulusan diumumkan. Nampaknya ini sebuah uforia yang berlebihan, karena yang namanya perpisahan atau wisuda itu jika siswa telah menerima hasil ujian atau sudah dinyatakan lulus," kata pengajar SMAN 1 Tempuran, Ade Ta'lik, kepada RAKA, Senin (25/5) siang. Tentunya, lanjut Ade, yang tidak lulus tidak harus diwisuda, karena secara akademik dia belum selesai sekolah dan tidak punya ijazah. Dengan dasar itu, berarti perpisahan sebelum mendapatkan keterangan kelulusan dianggap sebagai uforia yang berlebihan, siswa tentunya berbahagian mendapatkan medali kelulusan yang diberikan sekolah diacara tersebut, tapi kebahagiaan itu justru ada ditengah-tengah kekhwatiran dan gunjangan jiwanya yang cemas menunggu hasil ujian. Ini ada semacam 'over confidence' dalam sekolah bahwa siswanya akan lulus semu, padahal kelulusan akan diumumkan tanggal 14 Juni mendatang, ini akan memberikan dampak psikologis yang luar biasa, bagi siswa yang tidak lulus akan merasa minder dan sakit hati, karena dia telah diwisuda terlebih dahulu, padahal dirinya tidak lulus. "Jika diwisuda lebih awal, siswa akan cenderung percaya diri, bahkan melakukan aksi yang kurang terpuji, seperti corat-core baju, ugal-ugalan di jalan dan lainnya, karena dirinya merasa sudah lulus dari wisuda tersebut. Hal ini hendaknya direnungkan kembali, apakah perpisahan itu akan diadakan setelah atau sebelum pengumuman kelulusan," jelasnya. (spn) |
Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya.