"UANG BLT (Bantuan Langsung Tunai) hanya bisa dirasakan sekejap, beda jika dana ratusan juta tiap desa itu digunakan untuk perbaikan sarana desa tentunya akan dirasakan lebih lama oleh semua penduduk," kata Kepala Desa Dukuh Karya, Kecamatan Rengasdengklok, Komara, kepada RAKA, Jumat (22/5) siang.
Memang, akunya, program pemerintah ini sengaja menyalurkan uang tunai kepada RTM (Rumah Tangga Miskin) bukan untuk sarana fisik, tujuannya untuk memberikan kecukupan bagi RTM Rp 100 ribu sebulan. Namun realitasnya, meski diberi Rp 200-400 ribu, tetap saja masyarakat menghabiskan uang mereka satu-dua hari saja.
Dia menjelaskan, di desanya tercatat 758 KK (Kepala Keluarga) peserta BLT dan non BLT yang diberi uang tunai dari hibah peserta BLT yaitu sebanyak 1.420 KK. Uang untuk non BLT diambil dari uang peserta BLT yang disisihkan Rp 50 ribu/peserta BLT. Jadi, pemilik kartu BLT membawa pulang Rp 150 ribu untuk dibelanjakan keperluan mereka.
Diakuinya, dana pemerintah yang turun ke masyarakat memang terbilang besar, tujuannya untuk kesejahteraan rakyat. Dengan begitu, pemerintah masih perlu mencairkan dana pembangunan desa lainnya, semisal perbaikan jalan lingkungan di desanya sepanjang 2 km dan membuat turap di kedua sisi jalan itu supaya jalan tidak amblas. (spn)