RENGASDENGKLOK, RAKA - Selama dua tahun terakhir usaha bisnis suku cadang motor bekas di Rengasdengklok semakin ramai. Dari tiga lapak yang pertama berdiri sekarang telah bertambah hingga 25 lapak.
Seorang pengusaha suku cadang bekas di Karang Anyar, tidak jauh dari Rengasdengklok, Asep Kembung (30) menuturkan kepada RAKA, Jumat (22/5) siang, bertambahnya jumlah pengusaha lapak tidak kemudian membuat usaha suku cadang motor ini lesu, tapi sebaliknya malah bertambahnya, pengusaha lapak malahan semakin membuat usaha ini jadi semakin bergairah. "Awalnya usaha seperti ini hanya ada tiga di Rengasdengklok, tapi sekarang bertambah jadi sebanyak 25 pengusaha lapak," katanya.
Menurutnya, usaha ini tidak ada istilah persaingan bisnis, semakin banyak lapak semakin banyak pembeli, mirip seperti wisata belanja. Alasan tak kunjung sepinya usaha ini, ucapnya, dilihat dari perbedaan penawaran harga yang bisa lebih rendah hingga 50 persen ketimbang harga toko. Selain itu, penjual suku cadang bekas ini dipandang lebih familier dan tidak berbelit-belit.
"Harga di lapak-lapak masih bisa ditransaksikan dengan cara tawar menawar dan sudah tentu lebih murah serta sama-sama terjamin kualitasnya, kami kira inilah yang jadi alasan usaha ini tak kunjung sepi meski diterjang waktu," ujarnya.
Saat ini Kembung mengaku sudah memiliki pelanggan hingga 200 orang dari usaha yang sudah dirintisnya sejak ia di-PHK tahun 1998 lalu. Meski modal awal hanya Rp 300 ribu, tapi hingga saat ini ia tetap melenggang dengan usaha yang digelutinya. "Awalnya pesimis, tapi setelah dijalani Alhamdulillah bisa dikatakan sukses," tukasnya.
Sejumlah barang yang dijual di lapak bekas ini diantaranya body, knalpot, karburator, jeroan mesin, velg, ban dan lainnya. "Setiap lapak sudah mengantongi ijin, kami juga iuran ke desa setempat Rp 1000 sehari," terangnya.
Kedepan, lanjutnya lagi, pemerintah harus lebih perhatian terhadap usaha kecil menengah seperti yang dijalaninya. Pinjaman seperti kredit lunak dinilai sebagai solusi untuk bisa meningkatkan usaha mikro seperti yang sekarang dilakoni sejumlah pengusaha suku cadang bekas. "Mungkin pemerintah bisa lebih perhatian kepada pengusaha seperti kami, contohnya dengan pinjaman kredit lunak," tutup Kembung. (sigit)