RENGASDENGKLOK, RAKA - Dua kepala desa di Kecamatan Rengasdengklok mempertanyakan ijin pengeboran seismik, mereka yaitu Kades Kertasari, Apud Mahpudin dan Kades Dewisari, M. Aning. Mereka mengaku, pihak Pertamina belum pernah melakukan sosialisasi pengeboran itu di kecamatan.
Dijelaskan Apud, banyak warga dan para petani yang mempertanyakan soal pengeboran itu. Itu sengaja dinyatakan para petani, karena sawah-sawah mereka rusak akibat diinjak pekerja seismik saat melakukan pengeboran, termasuk di pemukiman warga. Meski di pemukiman belum ditemukan kerusakan permanen, tapi di beberapa pematang sawah, banyak padi yang baru hijau dan akan dipanen, rusak terinjak-injak.
"Saya heran, perusahaan besar kok tidak tahu tata cara sopan santun, masuk tanpa ijin kepala desa. Yang jadi imbas perbuatan mereka itu justru kepala desa, karena para petani mengkhawatirkan, akibat seismik itu berpengaruh pada tanaman padinya," jelasnya.
Di tempat terpisah, Kades Dewisari, Moh. Aning mengatakan hal senada, dia merasa tidak dihargai oleh pihak seismik yang melakukan pengeboran di wilayahnya. Dia meminta supaya pihak seismik datang ke desa dan melakukan sosialisasi di pada masyarakatnya di kantor desanya. "Sepengetahuan saya, hanya Kecamatan Jayakerta yang mengadakan sosialisasi tentang ganti rugi lahan yang kena seismik," ucapnya.
Diketahui, pengeboran seismik dilakukan sejak sebulan ini di Kecamatan Jayakerta, Batujaya dan Rengasdengklok. Ratusan pekerjanya melakukan pengeboran tanah di persawahan dan pemukiman untuk mengetahui kandungan gas dan minyak di dalam perut bumi. Hampir setiap hari, para pekerja tersebut hilir mudik dengan menggunakan truk dan mereka berseragam biru dan orange. Mereka turun di titik-titik yang telah ditentukan pihak Pertamina untuk melakukan pengeboran. (spn)