"Jumlah blanko pada pemilu sekarang semakin bertambah dibanding pemilu tahun lalu, ini disebabkan masyarakat masih bingung memilih, terutama bagi para manula (usia lanjut, red), karena surat suara yang mereka anggap terlalu besar, bilik suara yang sempit dan pemungutan suara dengan cara pencontrengan pakai pulpen menggantikan pencoblosan yang hanya pakai paku," kata Kepala Desa Gempol Karya, Kecamatan Tirtajaya, Acep Doyok, kepada RAKA, Kamis (9/4) siang.
Lebih lanjut kades mengatakan, seharusnya ukuran bilik suara yang kecil disesuaikan dengan surat suara yang ukurannya besar, ini pun satu kendala bagi masyarakat yang akan melakukan pemungutan suara. Diakuinya, tidak semua masyarakat bisa baca-tulis, masih banyak yang gagap, sehingga mereka tidak bisa mencontreng kertas suara meski mereka punya pilihan dari foto-foto pamplet dan baliho. Sedangkan pada lembar kertas suara tidak ada foto caleg kecuali nama.
Bahkan, para manula banyak yang meninggalkan surat suara di dalam bilik suara, karena mereka kesulitan melipat setelah dibuka. Lipatan kertas pun dilakukan petugas TPS, itu pun hanya satu dari empat surat yang dicontreng. Di Desa Gempolkarya, hak pilih sebanyak 3.011 orang, kehadiran sekitar 80 persen. Meski begitu, tetap saja banyak surat suara blanko dan tidak sah, karena kendala-kendala tersebut. "Di dalam bilik suara, para manula ini yang paling lama, beda dengan orang dewasa dan pemula yang hanya 3 menit di dalam bilik suara," ujarnya. (spn)