RENGASDENGKLOK, RAKA - Penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) di Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok terjadi secara beruntun. Setelah Nana Permana warga Dusun Rengasjaya I, disusul Piping Erklina (28) di dusun yang sama RT 52/11 menderita sakit serupa, keduanya dibawa bersamaan ke RSUD Karawang, kemarin pagi.
Ibu rumah tangga ini diketahui menderita DBD kemarin pagi, setelah tes darah di RS Proklamasi, dia dinyatakan positif DBD, kemudian dia bersama Nana dibawa mobil ambulan ke RSUD Karawang untuk pengobatan lebih lanjut. Selama wabah berbahaya ini terjadi, Kaur Kesra Rengasdengklok Selatan, Trusto Suwarji menjelaskan, desanya sudah melakukan PSN hampir tiap minggu di masing-masing dusun. Cuma, setiap pihak desa mengajukan fogging, Dinas Kesehatan lambat merespon.
Contohnya, lanjut Trusto, Dusun Bojong Karya II, sejak enam bulan lalu mengajukan fogging, hingga kini belum direalisasikan, "Justru, setelah pihak desa melakukan koordinasi dengan dusunnya masing-masing untuk melaksanakan PSN, pihak puskesmas pun harus melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, supaya penanganan wabah penyakit ini bisa diselesaikan," ujarnya.
Diketahui, beberapa warga Rengasdengklok Selatan mulai terjangkit DBD sejak akhir tahun 2008, ketika musim hujan turun. Hingga kini, penderita DBD terus bertambah, korban yang meninggal dua orang, penderitanya sebanyak 9 orang. Jumlah itu dianggap telah membuat masyarakat setempat resah. Meski pihak desa telah banyak melakukan penangannnya, tapi seolah tidak didukung Dinas Kesehatan untuk memberantas wabah DBD di desa ini.
Jadi, KLB (Kejadian Luar Biasa) di Rengasdengklok Selatan harus mendapat penanganan serius dari Dinas Kesehatan yang diawali dari puskesmas setempat. Melihat wabah yang sering terjadi di desa ini, harusnya puskesmas memiliki alat diagnosa DBD, karena selama ini perawat puskesmas selalu mengklaim pasien yang masuk ruang perawatan mengidap sakit 'typus', tapi setelah didiagnosa ke RS Proklamasi, diketahui pasien itu mengidap DBD. (spn)