RENGASDENGKLOK, RAKA - Sampah tumbuhan air eceng gondok kembali menutupi saluran air, ini membuat arus air dari hulu ke hilir tidak lancar. Melihat hal ini, sejumlah petani turun ke sungai, mereka mengangkat tumbuhan itu supaya air lancar mengairi persawahan.
Pantauan RAKA beberapa hari ini, selain petani, petugas waker Dinas Bina Marga Karawang pun turun mengangkat eceng gondok itu, tak hanya menggunakan tangan, para pekerja ini pakai galah dan arit untuk memotong-motong sampah supaya terpisah sebelum diangkat, karena sampah ini saling berkaitan dan sulit untuk diangkat jika tidak dipotong-potong.
Kendati begitu, banyak petani dan pekerja waker di beberapa desa yang tidak mengangkat sampah air ini, melainkan menghanyutkan ke hilir. Hal ini membuat beberapa jembatan di hilir tertutup sampah tersebut dan menjadi pekerjaan lagi warga setempat. Mereka berusaha melepaskan jeratan sampah itu dengan galah, karena jika tidak segera dilepaskan, sampah yang menumpuk itu akan membuat jembatan bambu milik warga ambruk.
Seperti dijelaskan warga Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, Engkong (63), kakek tua ini kadang turun ke saluran air dan mendorong-dorong sampah eceng gondok supaya tidak menumpuk di pintu air. Galah yang dia gunakan kadang patah karena beban sampah itu lebih berat dibanding kekuatan galah bambunya. Sementara, disisi lain dia harus berusaha maksimal agar sampah tumbuhan air itu tidak mengganggu kelancaran irigasi.
Sepekan ini, sampah eceng gondok di saluran induk Rengasdengklok ditangani pekerja PSDA Jawa Barat, sedikitnya 20 tenaga pekerjanya dikerahkan untuk mengangkat sampah yang tersangkut di kolong jembatan dan pintu air. Diketahui, sampah tumbuhan air ini merupakan pekerjaan rutin para waker dan petani. Sampah ini tumbuh di sepanjang pinggiran saluran induk dan menyebar hingga saluran sekunder. (spn)
Pantauan RAKA beberapa hari ini, selain petani, petugas waker Dinas Bina Marga Karawang pun turun mengangkat eceng gondok itu, tak hanya menggunakan tangan, para pekerja ini pakai galah dan arit untuk memotong-motong sampah supaya terpisah sebelum diangkat, karena sampah ini saling berkaitan dan sulit untuk diangkat jika tidak dipotong-potong.
Kendati begitu, banyak petani dan pekerja waker di beberapa desa yang tidak mengangkat sampah air ini, melainkan menghanyutkan ke hilir. Hal ini membuat beberapa jembatan di hilir tertutup sampah tersebut dan menjadi pekerjaan lagi warga setempat. Mereka berusaha melepaskan jeratan sampah itu dengan galah, karena jika tidak segera dilepaskan, sampah yang menumpuk itu akan membuat jembatan bambu milik warga ambruk.
Seperti dijelaskan warga Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, Engkong (63), kakek tua ini kadang turun ke saluran air dan mendorong-dorong sampah eceng gondok supaya tidak menumpuk di pintu air. Galah yang dia gunakan kadang patah karena beban sampah itu lebih berat dibanding kekuatan galah bambunya. Sementara, disisi lain dia harus berusaha maksimal agar sampah tumbuhan air itu tidak mengganggu kelancaran irigasi.
Sepekan ini, sampah eceng gondok di saluran induk Rengasdengklok ditangani pekerja PSDA Jawa Barat, sedikitnya 20 tenaga pekerjanya dikerahkan untuk mengangkat sampah yang tersangkut di kolong jembatan dan pintu air. Diketahui, sampah tumbuhan air ini merupakan pekerjaan rutin para waker dan petani. Sampah ini tumbuh di sepanjang pinggiran saluran induk dan menyebar hingga saluran sekunder. (spn)