TIRTAJAYA, RAKA - Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Tirtajaya gelar simulasi mencentang kertas suara pemilihan umum (Pemilu) 9 April 2009 mendatang, Jumat (20/3) siang di halaman kantor kecamatan setempat. Simulasi ini guna melihat sejauh mana kesiapan masyarakat mengikuti pesta demokrasi rakyat ini.
Ketua PPK Tirtajaya Aan Daryanto didampingi anggotanya Ujang Saepuloh menjelaskan, PPK ingin mengetahui sejauh mana kesiapan KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) dimasing-masing desa di Kecamatan Tirtajaya. Setelah dipraktekan, ternyata 80 % KPPS bisa melakukan pemungutan hingga penghitungan suara dengan baik, termasuk menangani masalah ketika pemungutan suara berlangsung, semisal menangani manula dan tuna netra.
Simulasi ini dilaksanakan dua termen, pagi dan siang, mengingat waktu terselang Sholat Jumat. Termen pagi yaitu bagi KPPS Desa Bolang, Kutamakmur, Srikamulyan, Srijaya dan Sumur Laban. Kemudian usai Sholat Jumat termen kedua dilanjutkan KPPS Desa Tambaksari, Tambaksumur, Sabajaya, Medang Karya, Gempol Karya dan Desa Sambo. Pada simulasi ini, Ketua PPK sengaja menguji pemilih pemula, orang dewasa dan manula. Diketahui, pemilih pemula bisa melakukan pencontrengan dan melipat surat suara selama 3 menit di balik kotak suara. Sedangkan orang dewasa 4 menit dan manula membutuhkan waktu hingga 15 menit.
Kata Aan, dari 11 desa se-Kecamatan Tirtajaya tercatata 126 TPS (Tempat Pemungutan Suara). Diakuinya, memang masih banyak masyarakat yang belum memahami tata cara pencontrengan Pemilu tahun ini. Dengan begitu, langkah PPK untuk mensosialisasikan hal itu melalui perangkat desa pada rapat minggon desa. Disitu PPK melakukan demo cara Pemilu 2009. Selain pada rapat minggon, PPK meminta desa untuk menjadwal sosialiasasi serupa di tingkat dusun. Kemudian, dari tingkat dusun dilanjutkan hingga tingkat RT supaya semua masyarakat tersentuh sosialisasi tersebut.
Menurut Aan, kemungkinan mayoritas kesalahan terjadi pada proses mencentang kertas suara, karena banyak masyarakat belum memahami secara benar tata cara pemilihan dengan model ini karena masih terbiasa dengan model pencoblosan. Pada pemilihan gubernur Jawa Barat tahun lalu, tingkat kehadiran masyarakat sebanyak 72%. Pada Pemilu 9 April besok, dia berharap kehadiran masyarakat meningkat hingga 80% lebih. Dengan demikian, dia berupaya menekankan elemen di Kecamatan Tirtajaya agar membantu PPK untuk terus mensosialisasikan pada masyarakat agar menyalurkan suaranya pada Pemilu mendatang dan berusaha melakukan sosialisasi cara pencontrengan untuk menekan angka tidak sah.
Di tempat sama, Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan mengatakan, simulasi ini sebagai antispasi dan upaya maksimal untuk meminimalisir tingkat kesulitan saat pemungutan suara berlangsung. Jika dilihat dari peraturan baru, memungkinkan terjadi surat suara tidak sah, karena saat tahun ini bukan dicoblos, tapi dicentang atau dicontreng. Camat berharap, mudah-mudahan hasil pemungutan suara mendatang sesuai dengan yang diharapkan.
"Pada waktu bersamaan, disimulasi ini akan ditemukan masukan dan hal-hal baru yang mungkin terjadi pada saat pemungutan suara mendatang. Dan ini bisa sama-sama diselesaikan persoalannya. Pada masyarakat, saya menghimbau untuk hadir pada waktu pencontrengan untuk memilih putra Tirtajaya terbaik," ucapnya.
Pada simulasi ini, surat suara yang digunakan adalah selembar HVS, tapi kolom namanya disesuaikan dengan kolom asli sesuai surat suara berukuran besar. Sedangkan surat suara besar hanya diberikan untuk tiga orang, yaitu hanya untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan saat pemungutan suara berlangsung bagi pemula, orang dewasa dan manula. Di simulasi ini, para pelaku pencontrengan adalah PPK, KPPS, masyarakat dan para hansip desa. Mereka gelar simulasi layaknya suasana pemungutan suara sebenarnya. (spn)