"Selain pembagian paket gas elpiji, saya tidak menerima bantuan lainnya dari pemerintah, semisal bantuan modal ekonomi. Padahal bantuan modal ini sangat dibutuhkan untuk mendukung usaha. Apalagi PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Kecamatan Rengasdengklok hingga kini belum jelas juntrungannya, akibat terlilit tunggakan besar," kata pedagang mie ayam bakso di Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, Roy (51), kepada RAKA, Kamis (5/3) siang.
Di tengah krisis ekonomi rakyat, lanjutnya, bantuan modal usaha merupakan nafas segar bagi semua pengusaha dan pedagang seperti dirinya. Diakuinya, bantuan modal hanya turun beberapa tahun lalu, dia sempat mendapat pinjaman sebesar Rp 1 juta, tapi hingga kini tidak ada lagi bantuan modal serupa seperti tahun sebelumnya. Kata Roy, ini kemungkinan disebabkan manajemen ekonomi pemerintah atau intansi yang mengalami kebocoran. Sehingga, mereka tidak lagi mampu menopang dan membantu para pedagang.
Menurutnya, pedagang selalu bisa melunasi semua modal pinjaman dengan hasil usahanya, tapi pinjaman ini terkesan hanya sekali seumur hidup, itu pun jumlahnya tidak besar. Dia menginginkan pinjaman modal usaha ini terus berputar di tengah para pedagang lainnya untuk membantu jika sewaktu-waktu para pedagang kekurangan uang untuk mengembangkan usahanya.
Dia menyinggung soal PNPM Rengasdengklok mandeg akibat manajemennya yang bobrok. Seharunya, modal untuk Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM bisa dikucurkan untuk membantu, tapi kenyataannya UPK Kecamatan Rengasdengklok malah bermasalah, sehingga dana PNPM tidak lagi dicairkan pemerintah. Imbasnya, para pedagang yang rugi. (spn)