RENGASDENGKLOK, RAKA - May Sumiati (54) RT 38/09, warga Dusun Warudoyong Selatan, Desa Rengasdengklok Selatan, meninggal dunia akibat terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Rabu (28/1) pukul 14.00 WIB di RS Proklamasi, setelah dirawat sejak Senin.
Pada Sabtu (24/1), Dinkes Karawang telah melakukan fooging pada lima RT di Dusun Bojong Tugu II, Rencananya hari ini Jumat (30/1) Dinkes akan melakukan fooging di Warudoyong Selatan. Untuk beberapa dusun lainnya, rencananya akan difooging dari iuran swadaya masyarakat.
Diketahui, aparat desa dan masyarakat Rengasdengklok Selatan berulang kali mengajukan fooging, bahkan mereka jenuh mengajukan hal itu, mengingat realisasinya tak kunjung turun. Hingga akhirnya jatuh satu korban DBD di Dusun Warodoyong Selatan.
Kepala Desa Rengasdengklok Selatan, Wawan Hermawan menegaskan, semua dusun di desanya akan difooging dari dana swadaya masyarakat, karena jika harus menunggu ada penderita DBD posisitf, dikhawatirkan akan banyak lagi korban DBD yang tak tertolong. Menurutnya, pihaknya selalu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) setiap hari Sabtu, jauh sebelum ada perintah dari pihak kesehatan.
Namun begitu, yang sangat diinginkan kepala desa dan warga adalah fooging, setelah melihat banyak nyamuk-nyamuk dewasa di setiap lingkungan dusun. Namun, sepertinya Dinkes Karawang enggan melakukan fooging, sehingga sempat memicu kemarahan warga. Apalagi, terbukti ada satu warga meninggal akibat DBD di desa ini. Dan menjadi pertanyaan bagi aparat desa juga masyarakat Rengasdengklok Selatan, apakah ajuan fooging melalui Puskesmas Rengasdengklok benar-benar telah dilaporkan ke Dinkes Kabupaten Karawang, karena selama ini Dinkes Kabupaten Karawang sulit menurunkan fooging.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga RT 01 RW 01 Dusun Bojong Karya I, di desa ini terserang DBD, penderitanya Novita (13). Sebelum Novita, penderita DBD sebelumnya dari Dusun Bojong Karya II, Rina (25) dan Tiah (26) dan di Dusun Blokraton, Suhadi (17) juga diduga positif DBD. Semua dirawat di RSUD Karawang. Keempat penderita ini terserang DBD berselang seminggu hingga sebulan. Meski pihak desa telah mengajukan fooging, sepertinya sangat sulit bagi Dinas Kesehatan Karawang menurunkan fooging, mengingat warga setempat merasa cemas dan menuntut kepala desa melakukan fooging.
Kepala desa dan beberapa warga setempat menilai Dinas Kesehatan Karawang sangat lamban menangani DBD di lingkungannya, bahkan terkesan acuh. Beberapa warga mengaku, mereka bersedia membayar untuk disemprot pengasapan anti nyamuk, warga tidak menghendaki jika fooging hanya dilakukan jika sudah ada tetangganya yang meninggal akibat DBD. (spn)